Menentukan kampus tujuan untuk studi di Jepang (mungkin) bisa dibilang merupakan hal yang sederhana. Tapi hal ini justru bisa jadi faktor pendukung yang bermanfaat untuk keberlangsungan proses belajar di Jepang. Hal ini bisa dijabarkan dalam berbagai macam faktor dan itu tergantung dari kondisi dan preferensi mahasiswa yang bersangkutan. Bagi saya sendiri, ada beberapa alasan yang menjadi pertimbangan saya saat menentukan kampus tujuan studi di Jepang. Kali ini saya akan cerita beberapa alasan tersebut hasil dari pengamatan saya dan dari diskusi dengan beberapa teman yang studi disini.
1. Reputasi kampus
Siapa yang nggak kepengen untuk studi di salah satu kampus terbaik di Asia? Beberapa universitas di Jepang memang sudah jadi langganan untuk masuk ke dalam jajaran universitas yang punya reputasi membanggakan di Asia dan di dunia. Sebut saja University of Tokyo, Kyoto University, Tohoku University, atau Nagoya University yang hampir selalu berada di puncak daftar kampus favorit. Kampus-kampus ini juga menjadi tempat lahirnya para penerima Nobel Prize dari Jepang. Jadi wajar saja kalau ada kebanggaan tersendiri bisa merasakan suasana belajar yang sama dengan para penerima Nobel terdahulu. Nah di Jepang sendiri, reputasi kampus ini katanya juga cukup mempengaruhi proses pencarian kerja di perusahaan-perusahaan ternama; jadi paradigma kalau lulusan dari universitas terbaik biasanya punya potensi dan kemampuan yang baik di dunia kerja itu masih ada. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan ini akan lebih memberikan prioritas kepada para lulusan tersebut. Begitu sih katanya. Nanti saya coba ceritakan lebih detail tentang poin ini kalau ada kesempatan ketemu narasumber yang bisa dipercaya untuk saya tulis di blog ini. **kebanyakan janji nulis, padahal mah sibuk haha**
2. Professor dan Laboratorium
Poin ini bisa dibilang merupakan alasan yang paling dominan untuk mempengaruhi proses penentuan kampus tujuan studi. Sangat sering ditemukan bahwa beberapa kampus punya laboratorium riset unggulan di bidangnya dan reputasi professornya sangat diacungi jempol di bidang tersebut. Selain itu, ada kalanya laboratorium riset yang ada di Universitas-A sangat sesuai dengan topik penelitian kita, tetapi laboratorium yang serupa tidak ada di Universitas-B. Bagi saya pribadi, saya sangat setuju bahwa kesesuaian topik penelitian dengan laboratorium dan bidang keahlihan professor ini jauh lebih penting daripada sekedar menentukan dengan dasar reputasi kampus saja. Tentu saja jelas akan lebih baik lagi kalau bisa memenuhi kedua faktor tersebut. **haha ini gimana sih**
Kalau kita melihat lebih jauh lagi, penting juga ternyata untuk bisa mendapatkan informasi tentang seluk beluk calon professor kita baik reputasi akademisnya maupun personality-nya. Ini gunanya apa? Secara akademis sudah tentu agar ilmu yang kita dapatkan datang dari pembimbing yang sangat berpengalaman (tapi saya akui professor-professor disini keren semua). Namun, dengan mengetahui personality professor tersebut (biasanya hasil dari rekomendasi seseorang) bisa jadi faktor pendukung yang bikin kita nyaman berada di lab. Pasti nggak mau kan kalau udah jauh-jauh nyampe di Jepang tapi cuma jadi mahasiswa budak penghasil tulisan ilmiah saja? Tentu kita mengharapkan relasi yang lebih baik dari ini yaitu untuk bisa menambah networking guna di masa yang akan datang. Dan menurut saya, hal ini salah satunya bisa dibangun dengan menentukan langkah awal yang benar yaitu bertemu dengan professor yang super baik. Dengan catatan tentu saja kita juga memberikan performa yang terbaik selama belajar dari beliau.
3. Biaya Hidup
Setelah dua alasan yang sangat terkait di atas, saya akan menceritakan alasan yang cukup menjadi pertimbangan banyak orang, terutama bagi yang akan membawa keluarga ke Jepang. Seperti yang kita ketahui, biaya hidup di Jepang sangatlah tinggi, dan akan berasa lebih tinggi lagi jika menghabiskan hari-hari di kota-kota besar seperti Tokyo, Osaka, dan Nagoya. Untuk hidup di kota-kota tersebut biasanya seseorang mahasiswa akan menghabiskan sangat banyak pengeluaran tiap bulannya. Bandingkan saja, harga sewa apato di Tokyo dengan di Tsukuba selama sebulan sekitar 2:1 untuk ukuran apato single (1 kamar, 1 kamar mandi dan 1 mini kitchen). Nah, untuk apato family pasti lebih mahal lagi. Kebayang kan mumetnya ngatur keuangan kalau bawa keluarga dengan hanya mengandalkan uang beasiswa yang semestinya hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan 1 orang? Harga sewa apato ini memang punya perbedaan yang sangat signifikan antara satu wilayah dengan wilayah lainnya, sementara untuk kebutuhan belanja harian, transportasi, dan rekreasi bisa dikatakan cukup berimbang. Ya asal jangan sering-sering banget juga jalan-jalannya. Soalnya kalau sudah gaya hidup yang berbicara, berapapun uangnya pasti nggak cukup ya. Inilah kenapa, beberapa orang lebih memilih untuk bersekolah di kampus-kampus yang berlokasi agak di pinggiran kota (red: pedesaan) untuk bisa menekan biaya hidup dan bisa hidup "normal" tanpa harus terlalu sering migrain karena mikirin tagihan bulanan. **Oh, my adult life**
4. Preferensi Kota
Poin berikut ini masih punya korelasinya yang cukup erat dengan poin sebelumnya. Namun hal ini bentuknya lebih ke preferensi pribadi saja. Bagi saya, saya lebih menyukai kota yang tidak terlalu ramai dengan hiruk pikuk, tetapi kalau bisa tidak terlalu jauh dari pusat kota. Mungkin itu juga yang menjadi salah satu pertimbangan saya memilih studi di Tsukuba yang secara lokasi tidak begitu jauh dari Tokyo dan mempunyai lingkungan yang cukup tenang. Di Tsukuba dan di kebanyakan pedesaan kota-kota lain yang serupa, lokasi di sekitarnya bisa ditempuh dengan bersepeda. Sementara untuk kota besar seperti Tokyo, perjalanan ke kampus sepertinya cukup menantang karena mesti ngerasain rush hour di Tokyo yang kondisi stasiun dan gerbong keretanya 11:12 dengan kondisi KRL Jabodetabek kalo jam berangkat ngantor. Padat. Banget.
Bagi orang lain, mungkin lebih prefer untuk kuliah di kota besar dengan segala macam hal-hal modern di kota tersebut. Lebih keren jadi bagian dari warga metropolitan katanya. Ketersediaan sarana dan prasarana serta banyaknya pilihan tempat yang bisa dikunjungi mungkin menjadi salah satu faktor penyebab yang membuat seseorang ingin tinggal dan belajar di kota tersebut. Jadi kalau menurut temen-temen kota yang bagaimana yang lebih baik untuk belajar selama di Jepang?
5. Beasiswa
Bagi mahasiswa seperti saya yang kayanya kalo tanpa beasiswa mungkin nggak bakal bisa mencicipi rasanya kuliah di luar negeri, beasiswa yang ditawarkan bisa mempengaruhi pilihan tempat untuk melanjutkan studi. Sebagai contoh, beberapa kampus disini menawarkan beasiswa dari pendonor lokal yang hanya bisa diterima jika calon mahasiswa mendaftar ke salah satu program studi di kampus tersebut. Jadi bisa dikatakan kalau penentuan kampus sudah menjadi bagian dari program beasiswa tersebut.
***
Begitulah uraian singkat saya tentang alasan yang mempengaruhi pemilihan kampus tujian untuk melanjutkan studi di Jepang. Saya sendiri melihat pengalaman yang lalu, keputusan memilih kampus secara dominan dipengaruhi oleh poin (2) dan (4). Namun, saat penentuan akhir setelah saya menerima tiga letter of acceptance dari tiga professor di kampus berbeda, saya pada akhirnya mempertimbangkan reputasi kampus dari ketiga kampus tersebut sehingga saya memutuskan pilihan untuk belajar di University of Tsukuba.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan bisa cukup membantu teman-teman untuk mendapatkan gambaran dalam menentukan kampus pilihan di Jepang. Salam dari Tsukuba. Cheers!