Sesuai dengan instruksi dari Kedubes Jepang, bahwa setiap kandidat yang lulus primary screening dapat mengambil surat keterangan kelulusan primary screening dan application form yang sudah dicap oleh Bag. Pendidikan Kedubes. Dokumen-dokumen ini dibutuhkan saat mengajukan penerbitan Letter of Acceptance (selanjutnya akan ditulis LoA) di universitas Jepang.
Letter of Acceptance, ya itulah salah satu berkas yang harus dilengkapi oleh semua kandidat penerima beasiswa Monbusho yang lulus di primary screening agar bisa direkomendasikan oleh Kedubes ke MEXT di Jepang. LoA yang diperoleh adalah LoA yang hanya bisa digunakan apabila kita lulus tahap akhir (secondary screening) dari MEXT nantinya. Dan LoA yang dimaksud ini adalah surat keterangan resmi dari universitas bahwa professor bersedia menerima kita untuk menjadi mahasiswa riset di laboraratoriumnya, jadi bukan serta merta bisa langsung diterima sebagai mahasiswa program S2 atau S3 di universitas bersangkutan. Kita hanya diperbolehkan untuk mengajukan maksimal 3 LoA saja kepada MEXT, dalam hal ini kita cukup mengirimkan LoA dan berkas yang diminta ke Kedubes Jepang. Untuk urusan selanjutnya ke MEXT, akan di-handle oleh Kedubes.
Dokumen yang dikeluarkan Kedubes tersebut (surat kelulusan primary screening, dll) mulai bisa diambil tanggal 14 Juli 2014. Tentu semakin cepat akan semakin baik. Satu minggu berlalu, dan saya belum sempat ke Kedubes untuk mengambil dokumen tsb. Saya agak nggak enak izin dari kantor terus-terusan karena hari-hari itu menjelang libur lebaran dan ada kerjaan yang memang sudah mepet banget dan harus dikerjakan dengan segera. Yang bikin dilema adalah, kalau saya nunggu kerjaan ini selesai dan izin ke Kedubes, jangan-jangan malah Kedubes-nya udah tutup duluan karena liburan Idul Fitri. Saya coba sharing ke Mas Sanji (yang waktu itu sama-sama wawancara dengan saya), kebetulan memang sudah bertukar informasi sejak kelulusan primary screening lalu, bahwa saya belum bisa ambil dokumen itu. Mas Sanji pun sama, belum ada waktu untuk ke Kedubes di minggu itu. Setelah ngobrol-ngobrol santai via Whatsapp, Mas Sanji bilang kalau nanti dia ke Kedubes, dia akan coba ambilkan dokumen saya. Alhamdulillah… jadilah beberapa hari setelah obrolan itu Mas Sanji mengambilkan dokumen saya dan mengirimkannya lewat jasa pengiriman ke alamat saya (terima kasih banyak Mas Sanji).
Menjelang masa-masa menanti kiriman dokumen dari Mas Sanji, dan itu hanya 9 hari menjelang libur cuti lebaran, saya sekalian mulai bergerilya mencari professor yang bersedia untuk mengisikan Letter of Acceptance saya. Pencarian professor sebenarnya bisa dilakukan jauh sebelum kelulusan primary screening, sehingga nggak kelabakan (kaya saya) untuk mendapatkan LoA di sisa waktu yang hanya 1 bulan-an ini. Jadilah saya niatin ngirim email sebanyak-banyaknya sampai ada professor yang bersedia menerima saya.
Keesokan harinya, professor Gifu tersebut membalas email saya bahwa beliau sudah mendengar tentang saya dari Pak Alwis. Tapi sayangnya beliau sendiri tidak bisa menerima saya --- saya kurang tau alasannya --- tapi beliau menawarkan saya dengan mengontak 3 professor lain yang ada di department-nya apakah membutuhkan mahasiswa baru atau tidak. Dan… sayangnya tidak ada satupun yang bersedia menerima saya. Haha pukulan telak dipercobaan pertama, tidak apalah “mungkin ada yang lebih baik, nanti…” saya mencoba menghibur diri. Saya membalas email professor Gifu ini sekalian berterima kasih. Lalu, saya melupakan Gifu University dari universitas tujuan saya dan move-on dengan tertatih-tatih ke universitas lain. halah.
Tidak hanya bercerita tentang universitas di Jepang, Pak Alwis juga banyak cerita mengenai kehidupan di Jepang, mulai dari pilihan kota tempat tinggal, biaya hidup, me-manage living allowance beasiswa dan tips berkomunikasi dengan professor Jepang. Satu hal penting yang saya ingat, tata krama itu sangat penting di Jepang, karena professor adalah orang yang sangat dihormati disana. Saran-saran dari Pak Alwis sangat membantu saya, --- terima kasih Pak Alwis --- dan menjadi bekal bagi saya saat memilih universitas/laboraturium dan berkorespondensi dengan professor Jepang selanjutnya.
Dari list kontak email professor yang saya dapatkan, saya coba untuk meghubunginya satu-persatu. Terhitung ada sekitar 7 professor yang saya hubungi dalam 2 minggu awal pencarian LoA saya (sekitar akhir Juli s/d awal Agustus '14). Email-email tersebut saya kirimkan ke professor di University of Tsukuba, Nagoya University, Ritsumeikan University, Japan Advanced Institute of Science and Technology, Nara Institute of Science and Technology, Nagoya Institute of Technology, dan Yokohama National University. Selain itu, tentu saja saya tidak lupa pula untuk menghubungi Prof. AF di Tokyo Institute of Technology (Tokyo Tech) yang pernah waktu itu memberikan kesediaan untuk menerima saya.
Saat mengirimkan email ke professor Jepang, gunakanlah bahasa yang sopan dan tidak salah juga kalau meminta seseorang yang jago bahasa inggrisnya untuk merevisi tata bahasa dari email kita tersebut. Konten yang saya masukkan ke dalam email tersebut berisikan perkenalan singkat dan latar belakang saya, maksud dan tujuan mengirimkan email, deskripsi singkat dari rencana riset, dan ucapan terima kasih atas waktu yang diberikan professor untuk membaca email saya, serta melampirkan soft-copy surat keterangan lulus primary screening, proposal riset dan CV [contoh email korespondensi ke professor].
Nara Institute of Science and Technology (NAIST)
Email kedua datang dari professor di Nara Institute of Science and Technology (NAIST). Awalnya saya mengirimkan email secara langsung ke professor ini. Saya menunggu sangat lama, sekitar 2 minggu dan tidak ada balasan. Saya nggak sabar dan nyoba untuk nyari-nyari cara lain agar bisa berkorespondensi dengan professor ini. Ternyata dari yang saya baca di websitenya, kalau di NAIST calon mahasiswa yang lulus primary screening bisa menghubungi pihak International Student Division perihal pengeluaran LoA. Jadi saya coba menghubungi International Student Division di NAIST untuk menanyakan prosedur pengajuan LoA dan minta untuk bisa dihubungkan dengan professornya. Seorang dari International Student Division membalas email saya dan meneruskan email saya ke calon supervisor saya. Keesokan harinya, email saya dibalas oleh professor di NAIST, beliau meminta saya untuk bisa berdiskusi tentang proposal riset saya, hanya diskusi ringan saja. Beberapa kali bertukar surat lewat email, beliau sadar kalau pernah menerima email saya yang pertama (itu sudah lama sekali) dan itu masuk ke kotak SPAM. (((KOTAK SPAM))) sodara-sodara. Jadi saya tidak heran kalau ada professor yang sangat lama sekali membalas email saya. Wajar saja, yang mengirimkan email ke professor bukan hanya saya seorang. Mungkin setiap hari ada saja yang mengirimkan email ke beliau. Pada akhirnya beliau bersedia untuk memberikan LoA kepada saya dan mengatakan kalau alamat email saya sudah tidak difilter ke SPAM lagi. Syukurlah... Saya jadi merasa sangat spesial. haha. LoA yang sudah ditandatangi oleh beliau akan dikirimkan oleh perwakilan international student division ke alamat saya. Yeay!!! LoA kedua!!! :D
Nagoya Institute of Technology (NITech)
Selanjutnya, LoA ketiga saya datang dari professor yang ada di Nagoya Institute of Technology (NITech). Saya lebih banyak berkorespondensi dengan assistant professor-nya dan seorang dari international student division di NITech. Jadi memang assistant professor ini yang mewakili beliau berkirim pesan dengan saya. Awal ceritanya memperoleh LoA dari NITech, saya cuma kirim email sekali saja ke professor bersangkutan. Nggak sampe seminggu email saya udah dibalas dan direspon positif oleh assistant professor-nya. Beliau menyatakan bahwa professor NITech telah bersedia menerima saya di lab-nya dan sudah membaca proposal riset yang saya kirimkan via email. Dari assistant-nya tersebut, saya diminta untuk berkorespondensi dengan salah seorang staff di international student division perihal penerbitan LoA. Calon professor saya ini akan mengisi LoA untuk saya dan menandatanganinya. Beberapa hari berikutnya LoA saya dikirimkan oleh staff tadi dan saya terima sekitar 5 hari berikutnya. Yuhuuuuu... LoA ketiga!!!
Bagaimana dengan professor lain yang sudah saya hubungi? Seorang professor di JAIST membalas, tetapi topik risetnya sedikit berbeda dengan saya dan selebihnya tidak membalas sama sekali. Pikir saya, selain professornya memang sedang sibuk banget atau seperti pengalaman sebelumnya, kemungkinan besar email saya masuk ke kotak SPAM. haha.
Atau kondisi lainnya, kampus yang kita tuju memang sedang tutup atau masa liburan. Pengalaman saya saat berkorespondensi dengan pihak international student division di NAIST, dipertengahan Agustus seorang staff mengatakan bahwa kampus akan tutup selama beberapa hari karena di Jepang memang sedang liburan (summer vacation). Sehingga mereka sedikit menunda penerbitan LoA saya dan akan dikirim setelah liburan selesai. Ini juga menjadi indikasi bahwa professor/staff kampus yang kita kirimi email bisa saja sedang liburan dan kita harus menghargai itu. Sama halnya seperti kita yang sedang libur lebaran, pasti males banget kalau ada email kerjaan yang masuk ke kotak surat. lol.
Lalu bagaimana dengan professor yang di Tokyo Tech yang sempat menerima saya Oktober 2013 lalu? Sayangnya professor di Tokyo Tech tidak membalas lagi email saya yang terakhir, padahal selama ini beliau selalu asik untuk diajak berdiskusi (bahkan sampe rela-rela menyediakan waktu untuk saya mempresentasikan proposal saya ke beliau via Skype). Hmm... mungkin saja karena beliau masih ragu untuk menerima saya lagi karena proposal riset saya tidak terlalu banyak berubah dari aplikasi saya sebelumnya ke Tokyo Tech. Saya memang cerita ke beliau kalau saya cuma mengembangkan sedikit dari proposal riset saya yang lalu. Soalnya, kalau saya tidak cerita saya takut beliau kecewa menerima riset saya tersebut. Ya seperti itulah, meski saya sudah seneng banget sama professor ini (ngerasa klop, cieee~) saya harus terima fakta kalau saya harus berpindah ke professor yang lain.
Anyway, ketiga letter of acceptance yang saya terima masing-masing dari University of Tsukuba, Nara Institute of Science and Technology, dan Nagoya Institute of Technology menjadi tiket untuk memasuki babak baru bagi saya agar bisa direkomendasikan ke tahap secondary screening oleh MEXT di Jepang. Pencarian LoA ini (mungkin saja) jadi ikhtiar saya terakhir dalam mengikuti proses seleksi beasiswa Monbukagakusho 2015, sebab saya hanya tinggal menunggu dan berdoa untuk hasil pengumuman final di awal Januari 2015 nanti tentang status saya apakah status "Calon Penerima" bisa berubah menjadi "Penerima" beasiswa Monbukagakusho Research Student 2015.
***
Letter of Acceptance, ya itulah salah satu berkas yang harus dilengkapi oleh semua kandidat penerima beasiswa Monbusho yang lulus di primary screening agar bisa direkomendasikan oleh Kedubes ke MEXT di Jepang. LoA yang diperoleh adalah LoA yang hanya bisa digunakan apabila kita lulus tahap akhir (secondary screening) dari MEXT nantinya. Dan LoA yang dimaksud ini adalah surat keterangan resmi dari universitas bahwa professor bersedia menerima kita untuk menjadi mahasiswa riset di laboraratoriumnya, jadi bukan serta merta bisa langsung diterima sebagai mahasiswa program S2 atau S3 di universitas bersangkutan. Kita hanya diperbolehkan untuk mengajukan maksimal 3 LoA saja kepada MEXT, dalam hal ini kita cukup mengirimkan LoA dan berkas yang diminta ke Kedubes Jepang. Untuk urusan selanjutnya ke MEXT, akan di-handle oleh Kedubes.
Dokumen yang dikeluarkan Kedubes tersebut (surat kelulusan primary screening, dll) mulai bisa diambil tanggal 14 Juli 2014. Tentu semakin cepat akan semakin baik. Satu minggu berlalu, dan saya belum sempat ke Kedubes untuk mengambil dokumen tsb. Saya agak nggak enak izin dari kantor terus-terusan karena hari-hari itu menjelang libur lebaran dan ada kerjaan yang memang sudah mepet banget dan harus dikerjakan dengan segera. Yang bikin dilema adalah, kalau saya nunggu kerjaan ini selesai dan izin ke Kedubes, jangan-jangan malah Kedubes-nya udah tutup duluan karena liburan Idul Fitri. Saya coba sharing ke Mas Sanji (yang waktu itu sama-sama wawancara dengan saya), kebetulan memang sudah bertukar informasi sejak kelulusan primary screening lalu, bahwa saya belum bisa ambil dokumen itu. Mas Sanji pun sama, belum ada waktu untuk ke Kedubes di minggu itu. Setelah ngobrol-ngobrol santai via Whatsapp, Mas Sanji bilang kalau nanti dia ke Kedubes, dia akan coba ambilkan dokumen saya. Alhamdulillah… jadilah beberapa hari setelah obrolan itu Mas Sanji mengambilkan dokumen saya dan mengirimkannya lewat jasa pengiriman ke alamat saya (terima kasih banyak Mas Sanji).
Menjelang masa-masa menanti kiriman dokumen dari Mas Sanji, dan itu hanya 9 hari menjelang libur cuti lebaran, saya sekalian mulai bergerilya mencari professor yang bersedia untuk mengisikan Letter of Acceptance saya. Pencarian professor sebenarnya bisa dilakukan jauh sebelum kelulusan primary screening, sehingga nggak kelabakan (kaya saya) untuk mendapatkan LoA di sisa waktu yang hanya 1 bulan-an ini. Jadilah saya niatin ngirim email sebanyak-banyaknya sampai ada professor yang bersedia menerima saya.
***
Awalnya saya hubungi dosen saya Bapak Alwis Nazir yang sedang berada di Jepang, beliau lulusan PhD dari Gifu University. Saya meminta saran dari beliau untuk menentukan universitas pilihan. Pak Alwis membantu saya dengan menanyakan ke PPI Jepang perihal ini bahwa ada mahasiswanya (red: saya) yang membutuhkan informasi mengenai LoA untuk Monbusho, padahal saya seharusnya bisa sendiri bertanya ke PPI Jepang. Saya bener-bener jadi merepotkan Pak Alwis, duh. Beruntung ada beberapa teman-teman PPI Jepang yang merespon, dan saya coba terapkan sebagai salah satu alternatif mendapatkan LoA. Pak Alwis (lagi-lagi) juga membantu saya dengan menghubungi kenalannya di Jepang, salah satu professor di Gifu University. Esoknya beliau memang ada jadwal untuk menemui professor Gifu (sensei) tersebut, di moment itulah Pak Alwis menanyakan apakah sensei membutuhkan mahasiswa untuk research student dan saya diminta untuk mengirimkan email beserta research plan saya ke sensei. "Katanya", akan semakin baik jika kita mendapat rekomendasi dari salah seorang yang pernah studi di Jepang. Karena hubungan baik professor dengan rekan kita tersebut akan membawa dampak baik untuk hubungan kita dengan professor. Tentu saja dengan catatan bahwa kitanya sendiri tidak melakukan hal yang macam-macam saat berkorespondensi, lebih-lebih ketika sudah sampai di Jepang.Keesokan harinya, professor Gifu tersebut membalas email saya bahwa beliau sudah mendengar tentang saya dari Pak Alwis. Tapi sayangnya beliau sendiri tidak bisa menerima saya --- saya kurang tau alasannya --- tapi beliau menawarkan saya dengan mengontak 3 professor lain yang ada di department-nya apakah membutuhkan mahasiswa baru atau tidak. Dan… sayangnya tidak ada satupun yang bersedia menerima saya. Haha pukulan telak dipercobaan pertama, tidak apalah “mungkin ada yang lebih baik, nanti…” saya mencoba menghibur diri. Saya membalas email professor Gifu ini sekalian berterima kasih. Lalu, saya melupakan Gifu University dari universitas tujuan saya dan move-on dengan tertatih-tatih ke universitas lain. halah.
Tidak hanya bercerita tentang universitas di Jepang, Pak Alwis juga banyak cerita mengenai kehidupan di Jepang, mulai dari pilihan kota tempat tinggal, biaya hidup, me-manage living allowance beasiswa dan tips berkomunikasi dengan professor Jepang. Satu hal penting yang saya ingat, tata krama itu sangat penting di Jepang, karena professor adalah orang yang sangat dihormati disana. Saran-saran dari Pak Alwis sangat membantu saya, --- terima kasih Pak Alwis --- dan menjadi bekal bagi saya saat memilih universitas/laboraturium dan berkorespondensi dengan professor Jepang selanjutnya.
***
Melanjutkan ikhtiar saya mendapatkan LoA, yang saya lakukan adalah tentu saja dengan mencari informasi mengenai professor dan lab yang sesuai dengan minat studi saya. Tidaklah sulit rasanya untuk menemukan informasi tersebut. Berbagai cara saya coba lakukan untuk bisa berkomunikasi dengan professor. Beberapa cara tersebut antara lain --- pertama-tama --- tentu cukup efektif dengan mencari via google, misalnya dengan keyword: "natural language processing laboratory", atau "natural language processing in university of tsukuba". Cara lainnya, bisa dengan langsung mengunjungi website universitas tujuan, biasanya informasi mengenai lab, professor, berserta nomor kontaknya ada di bagian menu "Graduate School->Faculties", atau "Education and Research -> Laboratory" atau "International Student". Kira-kira seperti itu. Jika rasanya masih sulit juga untuk menemukan informasi mengenai professor dan laboratoriumnya, silakan saja untuk menghubungi pihak International Student Division. Disana kita bisa bertanya tentang prosedur pengerbitan LoA dan tentang calon supervisor yang kita inginkan. Nanti divisi tersebut yang akan membantu kita agar dapat berkorespondensi dengan professor di universitas mereka.Dari list kontak email professor yang saya dapatkan, saya coba untuk meghubunginya satu-persatu. Terhitung ada sekitar 7 professor yang saya hubungi dalam 2 minggu awal pencarian LoA saya (sekitar akhir Juli s/d awal Agustus '14). Email-email tersebut saya kirimkan ke professor di University of Tsukuba, Nagoya University, Ritsumeikan University, Japan Advanced Institute of Science and Technology, Nara Institute of Science and Technology, Nagoya Institute of Technology, dan Yokohama National University. Selain itu, tentu saja saya tidak lupa pula untuk menghubungi Prof. AF di Tokyo Institute of Technology (Tokyo Tech) yang pernah waktu itu memberikan kesediaan untuk menerima saya.
Saat mengirimkan email ke professor Jepang, gunakanlah bahasa yang sopan dan tidak salah juga kalau meminta seseorang yang jago bahasa inggrisnya untuk merevisi tata bahasa dari email kita tersebut. Konten yang saya masukkan ke dalam email tersebut berisikan perkenalan singkat dan latar belakang saya, maksud dan tujuan mengirimkan email, deskripsi singkat dari rencana riset, dan ucapan terima kasih atas waktu yang diberikan professor untuk membaca email saya, serta melampirkan soft-copy surat keterangan lulus primary screening, proposal riset dan CV [contoh email korespondensi ke professor].
***
University of Tsukuba
Satu-persatu surat balasan masuk ke inbox saya, yang pertama membalas adalah professor di University of Tsukuba. Beliau menanyakan tentang mata kuliah kalkulus yang pernah saya ambil selama S1 dan materi apa yang saya dapat dari kuliah itu. Saya pikir tadinya bakalan diminta buat ngerjain soal matematika, panic!, udah lama banget tidak bersinggungan dengan kalkulus ditambah lagi saya ngga jago di matematika. loh? haha untungnya cuma ditanya gitu doang, syukurlah. Selain itu juga beliau meminta saya mengirimkan copy dokumen tambahan lainnya seperti sertifikat bahasa Inggris atau Jepang, publikasi ilmiah, dan proposal riset (saat itu saya lupa melampirkan proposal riset di email pertama). Setelah berkorespondensi beberapa kali dan beberapa pertimbangan dari beliau, akhirnya beliau bersedia untuk memberikan LoA kepada saya. Beliau mengirimkan email kepada saya, dengan melampirkan copy LoA, bahwa LoA sudah beliau kirimkan ke alamat saya. Sekitar satu minggu, akhirnya, saya mendapatkan kiriman LoA dari professor di Unversity of Tsukuba tersebut. Ini bener-bener LoA yang pertama kali saya dapatkan, rasanya seneeeeeeng banget dan lega karena setidaknya punya satu LoA ditangan.Nara Institute of Science and Technology (NAIST)
Email kedua datang dari professor di Nara Institute of Science and Technology (NAIST). Awalnya saya mengirimkan email secara langsung ke professor ini. Saya menunggu sangat lama, sekitar 2 minggu dan tidak ada balasan. Saya nggak sabar dan nyoba untuk nyari-nyari cara lain agar bisa berkorespondensi dengan professor ini. Ternyata dari yang saya baca di websitenya, kalau di NAIST calon mahasiswa yang lulus primary screening bisa menghubungi pihak International Student Division perihal pengeluaran LoA. Jadi saya coba menghubungi International Student Division di NAIST untuk menanyakan prosedur pengajuan LoA dan minta untuk bisa dihubungkan dengan professornya. Seorang dari International Student Division membalas email saya dan meneruskan email saya ke calon supervisor saya. Keesokan harinya, email saya dibalas oleh professor di NAIST, beliau meminta saya untuk bisa berdiskusi tentang proposal riset saya, hanya diskusi ringan saja. Beberapa kali bertukar surat lewat email, beliau sadar kalau pernah menerima email saya yang pertama (itu sudah lama sekali) dan itu masuk ke kotak SPAM. (((KOTAK SPAM))) sodara-sodara. Jadi saya tidak heran kalau ada professor yang sangat lama sekali membalas email saya. Wajar saja, yang mengirimkan email ke professor bukan hanya saya seorang. Mungkin setiap hari ada saja yang mengirimkan email ke beliau. Pada akhirnya beliau bersedia untuk memberikan LoA kepada saya dan mengatakan kalau alamat email saya sudah tidak difilter ke SPAM lagi. Syukurlah... Saya jadi merasa sangat spesial. haha. LoA yang sudah ditandatangi oleh beliau akan dikirimkan oleh perwakilan international student division ke alamat saya. Yeay!!! LoA kedua!!! :D
Nagoya Institute of Technology (NITech)
Selanjutnya, LoA ketiga saya datang dari professor yang ada di Nagoya Institute of Technology (NITech). Saya lebih banyak berkorespondensi dengan assistant professor-nya dan seorang dari international student division di NITech. Jadi memang assistant professor ini yang mewakili beliau berkirim pesan dengan saya. Awal ceritanya memperoleh LoA dari NITech, saya cuma kirim email sekali saja ke professor bersangkutan. Nggak sampe seminggu email saya udah dibalas dan direspon positif oleh assistant professor-nya. Beliau menyatakan bahwa professor NITech telah bersedia menerima saya di lab-nya dan sudah membaca proposal riset yang saya kirimkan via email. Dari assistant-nya tersebut, saya diminta untuk berkorespondensi dengan salah seorang staff di international student division perihal penerbitan LoA. Calon professor saya ini akan mengisi LoA untuk saya dan menandatanganinya. Beberapa hari berikutnya LoA saya dikirimkan oleh staff tadi dan saya terima sekitar 5 hari berikutnya. Yuhuuuuu... LoA ketiga!!!
***
Alhamdulillah, lengkap sudah 3 LoA.Bagaimana dengan professor lain yang sudah saya hubungi? Seorang professor di JAIST membalas, tetapi topik risetnya sedikit berbeda dengan saya dan selebihnya tidak membalas sama sekali. Pikir saya, selain professornya memang sedang sibuk banget atau seperti pengalaman sebelumnya, kemungkinan besar email saya masuk ke kotak SPAM. haha.
Atau kondisi lainnya, kampus yang kita tuju memang sedang tutup atau masa liburan. Pengalaman saya saat berkorespondensi dengan pihak international student division di NAIST, dipertengahan Agustus seorang staff mengatakan bahwa kampus akan tutup selama beberapa hari karena di Jepang memang sedang liburan (summer vacation). Sehingga mereka sedikit menunda penerbitan LoA saya dan akan dikirim setelah liburan selesai. Ini juga menjadi indikasi bahwa professor/staff kampus yang kita kirimi email bisa saja sedang liburan dan kita harus menghargai itu. Sama halnya seperti kita yang sedang libur lebaran, pasti males banget kalau ada email kerjaan yang masuk ke kotak surat. lol.
Lalu bagaimana dengan professor yang di Tokyo Tech yang sempat menerima saya Oktober 2013 lalu? Sayangnya professor di Tokyo Tech tidak membalas lagi email saya yang terakhir, padahal selama ini beliau selalu asik untuk diajak berdiskusi (bahkan sampe rela-rela menyediakan waktu untuk saya mempresentasikan proposal saya ke beliau via Skype). Hmm... mungkin saja karena beliau masih ragu untuk menerima saya lagi karena proposal riset saya tidak terlalu banyak berubah dari aplikasi saya sebelumnya ke Tokyo Tech. Saya memang cerita ke beliau kalau saya cuma mengembangkan sedikit dari proposal riset saya yang lalu. Soalnya, kalau saya tidak cerita saya takut beliau kecewa menerima riset saya tersebut. Ya seperti itulah, meski saya sudah seneng banget sama professor ini (ngerasa klop, cieee~) saya harus terima fakta kalau saya harus berpindah ke professor yang lain.
Anyway, ketiga letter of acceptance yang saya terima masing-masing dari University of Tsukuba, Nara Institute of Science and Technology, dan Nagoya Institute of Technology menjadi tiket untuk memasuki babak baru bagi saya agar bisa direkomendasikan ke tahap secondary screening oleh MEXT di Jepang. Pencarian LoA ini (mungkin saja) jadi ikhtiar saya terakhir dalam mengikuti proses seleksi beasiswa Monbukagakusho 2015, sebab saya hanya tinggal menunggu dan berdoa untuk hasil pengumuman final di awal Januari 2015 nanti tentang status saya apakah status "Calon Penerima" bisa berubah menjadi "Penerima" beasiswa Monbukagakusho Research Student 2015.
***
Kumpulan tulisan saya tentang pengalaman serta tips dan trik mendapatkan beasiswa Monbukagakusho Research Student 2015:
48 comments:
Semoga statusnya menjadi "Penerima" bang Aamiin hehehe :D
@Muhammad Fajar Teguh Putra Aaamiin. Terima kasih untuk doanya Fajar :D
Salam kenal mas Teguh saya nisa Wah senengnya dapat 3 LoA.. semoga bisa dapat Monbusho nya..Aaamin.. ini G to G ya? kapan pengumumannya? saya baca blognya menarik banget yaa seru usahanya hunting beasiswa.. saya baca LPDP, kelanjutannya mana? hehe..
@krisannisa Halo Mba Krisannisa, salam kenal kembali ya Mba.
Iya mba, ini LoA untuk Monbusho G2G. Insha Allah akhir Desember 2014 pengumumannya.
Untuk LPDP sendiri, saya sedang menunggu jadwal PK dan lagi usaha untuk mendapatkan LoA. Jadi sekarang ini saya masih belum ada bahan tulisan baru Mba :D
wah keren G to G saingannya banyak.. sukses yaa..apapun yang kamu dapatkan semoga adalah yang paling baik buat masa depan mas Teguh (sok wise hehehe..)
tinggal berdoa aja,,kalo uda gini ni tawakkal nomer satu, ganbatte ne
@krisannisa terima kasih mba atas doa dan nasehatnya. saya butuh banget belajar hal yang kaya begini ini, mba :D
siap!!! sukses untuk kita semua.
mas Teguh yang lagi semangat sekolah dan hunting beasiswa, saya mau tanya, untuk buat research plan tu apa aja intinya? saya kebingunan menentukan jumlah sample penelitian. Kalau misalnya saya purposive sampling berdasarkan kriteria inkusi yang saya buat, berapa jumlah sample yang saya butuhkan?
penjelasannya bisa via email di akrisridwany@gmail.com
saya tunggu ya.. makasih banget info-infonya
@annisa krisridwany Mba Annisa, saya sudah kirim jawaban dari pertanyaan mba via email. Jawabannya lebih ke banyak ke pengalaman saya dan hasil diskusi dengan beberapa teman. Semoga bisa membantu. Good luck! :)
Kenalkan saya Fauzi, sedang nunggu pengumumannya juga.
Denger2 angkatan tahun lalu di bulan november ini udah ada yang dapet bocoran dari calon sensei-nya.
Yah semoga kita keterima ya. Aamiin.
@Muhammad Fauzi Salam kenal Mas Fauzi, saya juga dengar-dengar kabarnya seperti itu. Tapi sampai hari ini belum ada informasi lebih lanjut dari prof atau kedubes, mas. Nanti saling mengabarkan aja ya :D
Aamiin, semoga lekas ada kabar baik menghampiri kita.
Assalamu 'alaikum. Kenalkan, nama saya Arini. Insya Allah tahun depan berencana untuk mendaftar beasiswa Monbu program Research Plan. Saya sudah mendapat beberapa target professor, tapi sampai sekarang saya masih bingung untuk menentukan judul rencana penelitian. Meskipun saya sudah melihat-lihat bidang keahlian masing-masing Professor. Yang mau saya tanyakan, apakah tidak apa-apa jika saya meminta saran ke professornya sendiri tentang penentuan judul rencana penelitian? Jika tidak apa-apa, bagaimana sebaiknya saya menyampaikan niat tersebut dengan bahasa yang sopan dan baik, tapi tidak terkesan menyuruh sang professor untuk memberikan judulnya?
Oh iya, semoga lulus Desember ini ya!
Terima kasih.
@arini isnaniWalaikumsalam, salam kenal kembali. Saya sendiri belum pernah menanyakan hal semacam ini kepada professor sebelumnya.
Menurut saya, riset proposal menjadi salah satu parameter yang menjadikan diri kita bisa dinilai apakah kita cukup mengerti tentang bidang kita atau tidak. Jadi, penting untuk mengajukan rencana riset yang berawal dari buah pikir kita sendiri, tidak masalah jika rencana riset tersebut belum sempurna asal kontribusi yang ingin dicapai itu cukup jelas.
Ada cara yang mungkin bisa dicoba agar bisa mendapatkan ide proposal, yaitu dengan membaca paper yang ditulis oleh calon professor kamu dan mencoba mengembangkan riset tersebut dari perspektif kamu. Atau cara yang relatif mudah lainnya mungkin mengembangkan skripsi kamu sebelumnya saat di S1 dan ditulis menjadi rencana riset.
Kalau saya sendiri, lebih banyak membaca paper yang berkaitan dengan background dan research interest saya. Oh iya, sebagai saran saja, dengan semakin banyak kamu membaca paper maka akan semakin banyak ide yang akan bisa kamu tuangkan dirisetmu. Mungkin itu saja dari saya. Semoga berhasil dengan monbushonya! :)
Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
perkenalkan ka nama saya Hida, saya ada rencana mau melanjutkan studi s2 ke jepang juga lewat beasiswa.
saya mau tanya ka. untuk beasiswa monbusho kan diberi 3 pilihan universitas, walaupun sekiranya nanti kita berhasil mendapatkan beasiswa tersebut kemungkinan besar kita akan ditempatkan ditempatkan di pilihan pertama kita. kaka kan berhasil mendapatkan LOA dari ketiga profesor di ketiga universitas pilihan kaka,
memang harus begitu ya ka? maksudnya kita harus mendapatkan SEMUA LOA dari SEMUA universitas pilihan kita?
demikina pertanyaan dari saya, mohon pencerahannya. hehe.. maklum masi agak agak bingung.
wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
@Hidayah Anisa Walaikumsalam wr. wb.
Salam kenal kembali Hida. Mungkin bisa dipersiapkan sejak awal-awal dokumen yang dibutuhkan utk monbusho-nya sebelum 1 April.
Sebenarnya dari Kedubes memperbolehkan kita untuk submit maksimal 3 LoA. Jadi, misalnya hanya 1 saja juga tidak masalah.
Untuk universitas pilihannya, betul sekali. Kita harus sudah memiliki LoA research student dari professor di universitas tersebut. Karena LoA ini yg akan kita submit ke kedubes bersamaan dengan dokumen pilihan preferensi universitas kita. Saya sendiri mendapatkan LoA ini setelah dinyatakan lulus primary screening oleh Kedubes.
Kebanyakan memang ditempatkan di universitas pilihan pertama. Semoga bisa menjawab pertanyaannya ya.
@Aufia Sukma Halo Aufia. Maaf baru dibalas.
Berarti untuk program undergraduate/diploma ya. Bisa coba yang G2G sepertinya, mungkin bisa baca-baca disini informasi lengkapnya: http://www.id.emb-japan.go.jp/sch_slta.html
Soalnya saya kurang begitu mengerti proses monbusho S1/D3. Salam.
@Teguh Budianto
Alhamdulillah sudah dibalas :). afwan ka mau tanya lagi hehe.
untuk dapat LOA kita kan harus kasih semacam penjabaran singkat kan ya tentang rencana riset kita yang akan dilakukan saat jadi resarch student ke profesornya.
yang ingin saya tanyakan :
- penjabarannya seperti apa? cukup semacam abstraknya saja (mau neliti apa pakai metode apa) atau menjabarkan abstraknya saja.
- hasil riset di research student itu apa nantinya jadi tesis s2 kita? atau nanti di program s2 (ada program riset lagi buat bikin thesis?)
@Hidayah Anisa Sebaiknya dipersiapkan riset proposal saja karena lebih terstruktur dan mudah dipahami. Saya gunakan struktur seperti ini:
-Research theme
-Introduction
-Motivation
-Related results
-Objectives
-Research Planning
-References
Mungkin sekitar 4-5 halaman saja saya rasa sudah cukup. Jadi tidak sekedar abstraks nya saja. Dan semakin mendetail akan semakin baik.
Saya masih belum bisa menyimpulkan apakah riset selama menjadi research student akan menjadi tesis S2 atau bukan. Tapi di program S2, syarat kelulusan sepertinya itu akan sangat tergantung dari kebijakan masing2 department di setiap universitas.
Assalamu'alaikum kak salam kenal, saya Diana izin menanyakan, untuk persyaratan mendapatkan LOA dari pofesor, selain proposal rencana riset kita untuk kuliah, adakah persyaratan lainnya yang harus dipenuhi mungkin seperti ijazah atau transkrip nilai. mohon jawabnnya kak, terimakasih sebelumnya
@Norhamidah chan Walaikumsalam wrwb. Hi Diana, salam kenal kembali. Iya betul, ada beberapa berkas lagi yang mungkin saja diminta oleh professor tsb. Persyaratannya bisa berbeda-beda tergantung dari lab/universitas-nya. Saya waktu itu diminta untuk mengirimkan scan ijazah, transkrip, sertifikat bahasa, research proposal, dan CV.
Halo mas Teguh. Sy ingin bertanya ttg LoA. Profesor di universitas yg sy tuju meminta sy utk ikut tes di sana sebelum menerbitkan LoA. Waduh,sy jd bingung krn agak berbeda dgn pemaparan mas Teguh yg cukup melalui korespondensi saja. Sy jg bingung utk mencari 2 univ lain krn sy kira cukup 1 saja. Sejak tahun lalu sy hanya berkomunikasi dengan beliau terkait rencana sy utk melanjutkan studi di sana.
Bgmn pendapat mas Teguh ttg hal ini? Trm ksh atas infirmasinya..
@thiwik8 Menurut saya, kalau memang tidak memungkinan untuk datang ke jepang lebih awal, sepertinya ada baiknya untuk mempertimbangkan mencari professor lain.
Saya juga sempat sebelumnya berkorespondensi dgn satu professor, padahal sudah cukup lama. Tapi akhirnya saya tidak jadi dibimbing oleh beliau dan mencari professor lain.
Kalau kamu mentok ke 1 professor saja dan belum ada kepastian, saya khawatir dgn waktu yg kamu punya untuk persiapan mendapatkan LoA dari professor ini. Mungkin bisa lain ceritanya, jika professor ini sudah berkenan menerbitkan LoA (research student) untuk membimbing kamu.
Kalau utk G to G,apakah benar di 6 bulan pertama status kita "research student", kemudian setelah itu baru kita menjalani entrance exam di univ bersangkutan?setelah lolos br akan lanjut dgn beasiswa 4 tahun tsb?
Mohon info dr Mas Teguh. Trm ksh sebelumnya dan selamat lebaran..
@thiwik8 Iya benar, dengan adanya program research student bisa membantu kita untuk persiapan ujian masuk ke univ.
Oh ya, 4 tahun maksudnya seperti apa? Saya kurang paham.
Sama-sama ya, dan selamat lebaran.
4 tahun maksudnya program sekolah di sana. Utk yg U to U jadinya total 4,5 tahun dimana 6 blnnya adalah 6 bln pertama (research student) sebelum memulai studi yg sebenarnya (4 thn) setelah entrance exam. Apakah G to G juga sama seperti itu?
Kalau Mas Teguh, kpn mengikuti entrance exam di univ bersangkutan?
Apakah bs dijelaskan sedikit mengenai sistem yg selama ini Mas Teguh jalankan setelah tiba di Jepang? Dan apakah sebelum April Mas Teguh ke Jepang utk entrance exam di univ tsb atau setelah lewat 6 bln pertama?
Mohon maaf byk pertanyaan krn di sini embassy sedang libur lebaran smp tgl 21 sehingga sy blm bs mn info ke sana.
Terima kasih atas informasinya.
@thiwik8 Setau saya untuk G to G lama program tergantung dari degree yang diambil. Contoh: RS + Master (1 th + 2 th), RS + Doctor (1 th + 3 th). Lama program research student berkisar antara 6 bulan atau 12 bulan. Jadi seperti itu kira-kira.
Saya belum pernah sama sekali ikut ujian masuk di kampus saya. Saya baru akan ikut entrance exam agustus 2015 ini. Sejak berada Jepang utk pertama kalinya, saya langsung masuk ke program research student. Jika lulus, program master saya dimulai tahun berikutnya (April 2016). Jadi total program research student saya adalah selama 1 tahun.
Mungkin itu saja dari saya, semoga bisa membantu.
Baik. Trm ksh byk atas infonya mas Teguh..
Asslmkm kk teguh..sy silvia,hehekk org riau ya? Kbetulan sy juga tp sy di Kepulauan Riau nya.,kk skrg sy lg kuliah jurusan s1 keperawatan. Sy sngt trtarik utk mlanjutkn study s2 di jepang. Kira2 ada gk kk kontak atau email kk yg bs dihubgi.soalny sy bnyk mau bertanya kk ttg study di jepang.hehe��
@AnonymousWalaikumsalam silvia. Iya benar, saya dari Riau. Silakan tinggalkan kontaknya disini, nanti saya yang hubungi.
Anyway, sebagian besar pengalaman saya untuk studi di Jepang sudah saya tuliskan disini. Mungkin salah satu yang kamu butuhkan bisa dibaca diblog ini. Thanks.
Assalamualaikum kak teguh. Saya rinda dari tanjungpinang. Saya sedang menjalani S1 pendidikan kimia kak, berharap dapat lanjut master di Jepang. Saya senang deh baca blog kak teguh yang ini. Senang melihat semangat kak teguh. Saya jadi makin semangat mengejar pendidikan ke jepang. Semoga sukses kak ke depannya. Terimakasih.
Assalamualaikum kak teguh. Saya Rinda dari Tanjungpinang. Sekarang sedang S1 pendidikan kimia dan berharap bisa melanjutkan S2 ke Jepang. Saya senang deh baca blog kak teguh yang ini. Kakak selalu bersemangat dan bersabar. Saya jadi makin bersemangat mencari beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke Jepang. Semoga sukses kak ke depannya. Terimakasih kak.
@Minnie MouseHi, terima kasih sudah membaca blog saya. Semoga nanti suatu saat kamu bisa melanjutkan pendidikan di Jepang. Semangat!
halo ka, wah gak kerasa udah setaun lebih sejak saya ninggalin komenku yang terakhir. kebetulan tahun 2015 lalu saya udah ikut monbusho,tapi sayangnya cuma bisa sampai tahap wawancara. sedih banget ka.
setelah saya evaluasi lagi kemungkinan karena saya belum dapat profesor jadi universitas yg aku tuju jadi masih ngambang. :(
untuk tahun ini aku berusaha untuk mempersiapkan lebih baik, diantaranya berusaha nyari profesor yang potensial. sayangnya hambatan saya adalah saya gak punya link yg bisa ngealin saya ke profesor di jepang yang sesuai dengan minat studi saya. jadilah saya nyari secara mandiri lewat google dan web2 universitasnya.
sejauh ini saya baru kirim beberapa email ke beberapa profesor dan belum ada yg mendapatkan jawaban satupun. duh rasanya sedih banget ka.
apakah mengirim email sebelum medapatkan kepastian dapet monbushonya itu kurang tepat ka? atau harus nunggu paling gak setidaknya sampai minimal beberapa tahap monbusho dulu baru kirim email?
mohon masukannya ka...
@Hidayah Anisa2Hi Anisa, tetap semangat ya dan tahun harus coba lagi. Sebenarnya bagi saya pribadi, sudah mengontak profesor itu untuk menunjukkan keseriusan kita ke panelis. Bukan sebuah keharusan kalau kamu harus memiliki seorang profesor yg bersedia menerima kamu saat mendaftar beasiswa ini.
Menurut saya, profesor disini sangat sibuk. Maret biasanya banyak sekali conference dan April biasanya mempersiapkan mahasiswa yg ada di lab utk memulai aktivitas kuliah. Tahun ajaran di Jepang dimulai saat awal April.
Saran saya, kamu tidak harus punya professor yg bersedia menerima saat-saat sekarang ini. Saya lebih setuju jika kamu fokus ke riset proposal, dan jadilah orang yg bersemangat, humble, menarik, dan beda saat wawancara. Tinggalkan kesan baik ke para panelis agar mereka mengingat hal-hal baik tentang kamu.
Tetap semangat! Saya doakan insha Allah tahun ini berhasil.
Terima kasih infonya mas
Mau tanya, jikalau seandainya kita mendapat LoA lebih dari satu
apakah kita perlu mengirim email permohonan maaf apabila kita tidak jadi bergabung di suatu lab ?
saya bingung dan khawatir apabila seandainya tidak jadi bergabung di lab seorang profesor, karena sudah memutuskan untuk bergabung di lab lain
mohon bantuannya, terima kasih
@runia Untuk monbusho saya rasa sudah tidak terlalu masalah apabila tidak jadi ke lab tersebut, tapi jika memang ingin mengirimkan email permohonan maaf ya mungkin lebih baik.
Selamat Siang! saya sangat senang bisa membaca tulisan disini, begitu informatif dan juga membuat api semangat belajar saya membara (hehe). Kebetulan saya sudah lolos tahap primary screening, tapi karena ketidaktahuan saya untuk bisa apply di berbagai tempat, saya jadi hanya fokus di beberapa universitas top, namun sampai detik2 terakhir saya belum dapet juga LoA dari professor. Mungkin ngga ya kita akan tetap berangkat walaupun belum ada LoA? dan satu lagi, kalau belum ada LoA apa yang harus kita sampaikan ke Kedubes Jepang? Mohon tanggapannya rekan-rekan sekalian.
Terima kasih.
Salam sukses!
@Aulia Maulana Hi, selamat sudah satu lulus tahap pertama Monbusho. Apa tidak dicoba lagi saja untuk berkontak dengan professor dari universitas lain Mas? Saya belum pernah mendengar apakah yang tidak mendapatkan LoA bisa meneruskan atau tidak. Jadi saran saya sebaiknya lebih cepat lebih baik untuk didiskusikan ke Kedubes Jepang. Atau jika masih ada waktu, bisa sampaikan ke Kedubes kalau LoA sedang dalam perjalanan (jika ada professor yg menjawab di detik-detik terakhir penutupan submit LoA ke Kedubes). Salam.
Mas teguh..kalau boleh saya minta contoh bikin research plan/study plan punya mas teguh buat melamar beasiswa monbhuso..terima kasih banyak mas..informasinya benar2 sangat membantu saya. email sy v_myviolet@yahoo.com
Mas teguh form 2017 untuk teacher training berubah saya liat tidak perlu mencantumkan TOEFL saya jadi bingung padahal tahun lalu ada...saya dr kalimantan dan saya lihat yg dari kalimantan belum ada yg pernah lulus hahaha.RANGGA
@Anonymous Hi, wah saya kurang tau kalau ada perubahan semacam itu. Saran saya, sebaiknya TOEFL dicantumkan saja. Karena ini jadi bukti kalau kemampuan bahasa kita cukup untuk bersekolah di LN.
Assalamualaikum, Pak Teguh salam kenal. Saya Noor, sedang hunting scholarship juga, tulisannya sangat informatif & inspiratif, saya tertarik untuk sharing dengan Bpk. Apabila berkenan tolong kirim kontak Bpk ke noor.febryani@gmail.com
Terima kasih banyak sebelumnya
Assalamualaikum Mas Teguh, Saya Hardiyan Tri Wijayanto, mahasiswa teknik mesin, saya tertarik untuk berkuliah di jepang. sedang mempersiapkan seluruh persyaratan untuk mendaftar beasiswa Monbuso. Kalau boleh, saya minta contoh proposal riset dan study plan milik Mas Teguh untuk acuan membuat proposal risetnya. sebelum dan sesudahnya terimakasih, informasi yang Mas berikan sangat membantu.
ini e-mail saya : hardiyantriwijayanto@gmail.com
@hardiyan tri wijayanto Walaikumsalam Mas Hardiyan. Saya sudah kirimkan ke alamat emailnya ya. Semoga berhasil!
Assalamualaikum mas teguh, saya ingin bertanya,
1. untuk mobu u to u apakah univ jepang harus bekerjasama dengan univ yg di indo? atau hanya sekedar penerimaan dari univ jepang melalui LoA saja sudah cukup? dan
2.apakah program S2 di jepang saat ini menggunakan entrance exam semua?
3. apakah saya boleh meminta contoh proposal riset mas teguh sebagai reference? terimakasih
email : aguspray001@gmail.com
Assalamualaikum kak, Saya Rizka Irianty, mahasiswa teknik Informatika Unhas. kebetulan saya juga berencana mengambil topik research di kecerdasan buatan, namun di bidang computer vision. Apakah boleh saya minta research plan nya kak? Buat jadi contoh hehe. Terimakasih kak, blognya sangat membantu.
Email saya : kikaranty@gmail.com
@Agus Prayudi Hi, walaikumsalam.
1. kalau untuk u to u saya kurang paham skemanya, ada beberapa kasus memang yang membutuhkan kerjasama antara universitas di Indonesia dan Jepang.
2. iya benar, mayoritas ada entrance exam untuk program S2nya. bentuk ujiannya ada yg wawancara, ada yg ujian tertulis, dan semuanya tergantung dari jurusan yg kamu lamar. mungkin bisa merujuk ke website jurusan target kamu untuk detailnya.
3. saya sudah kirimkan ke emailnya ya, semoga berhasil.
selamat siang, saya mau tanya, setelah lolos primary screening kan harus punya LoA agar lolos di secondary screening, nah untuk mendapatkan LoA itu kita harus cari sendiri dengan mengirim ke universitas2 di jepang ya?
Hi Firman, selamat ya sudah lulus primary screening. Semoga lancar sampai final screening ya.
Oh iya benar, sepengalaman saya dan rekan2 lainnya, LoA bisa ditanyakan ke professor tujuan nanti dari professor akan membantu proses penerbitannya, dan itu biasanya dilakukan secara mandiri oleh semua kandidat. Mungkin tujuannya utk lebih bebas memilih sesuai dgn bidang keahlian dan spesialisasi. Salam!
Post a Comment