Saturday, August 22, 2015

Pengalaman Pertama ke Tokyo

**Tulisan cerita pengalaman saya pertama kali mengunjungi Tokyo saat Golden Week Mei 2015

Setelah satu bulan saya di Jepang (dan setelah Negara Api yang menyerang), saya berkesempatan untuk mengunjungi tempat-tempat seru, asik, menyenangkan dan banyak turisnya di Jepang saat liburan Golden Week. Tempat dimana duit tabungan saya yang tadinya buat niatan lain, bisa-bisa ludes kalo dipake jalan-jalan. Tempat dimana salah satu kota tersibuk dengan biaya hidup tertinggi di dunia. Yes! Tokyo! Mendengar kata Tokyo sudah pasti kepikiran dengan tempat semacam Tokyo Tower, Shibuya, Hachiko Statue, Akihabara, Asakusa, Odaiba, Harajuku dan macem-macem. Keliatan kan saya aja sampe bingung bikin list nama tempatnya. Apalagi kira-kira yang kebayang kalo denger kata Tokyo nih?

Tempat pertama yang saya kunjungi di Tokyo adalah Asakusa. Saya berangkat bersama dua teman; Mas Fajar dan Mba Eka. Dari Tsukuba Station, saya cukup sekali naik Tsukuba Express (kereta listriknya Tsukuba) dengan biaya sekitar 1300 Yen. Keretanya adem, dan lumayan cepet. Kereta ini menghubungkan Tsukuba Station dan Akihabara Sta. yang kalau sekali jalan menghabiskan waktu 40-50 menit. Yah, ternyata Tsukuba itu deket banget ya dari Tokyo.
Saya turun di Asakusa dan hari itu rame banget. Iya rame pake banget. Ya namanya juga liburan ya, pastilah rame. Saya jalan kaki aja ngiterin Asakusa. Saya ke Senso-ji Temple liat-liatin ini itu, dan banyak orang ibadah disana. Yaelah, namanya juga temple pastilah banyak yang ibadah. Senso-ji ini salah satu kuil paling terkenal di Jepang. Oh ya, saya sempet nyobain takoyaki yang ada dijual deket-deket lokasi ini. Jadi sangking begonya, saya makan takoyaki panas-panas. Pas masuk mulut makanan ini lumer dan rasanya lidah saya kebakar. Sampe keluar air mata nahan panasnya. Ini antara kisah menyedihkan dan bego yang dibungkus dalam 1 kemasan.


 Senso-ji Temple 

Puas di Senjo-ji saya jalan ke arah depan (maaf saya nggak tau arah mana selatan mana utara, jadi pake 'arah depan') lokasi tempat Kaminarimon berada. Ada 2 gerbang besar serupa Kaminarimon ini yang diantaranya dari satu gerbang ke gerbang lain terdapat pusat perbelanjaan oleh-oleh di Jepang; Nakamise Shopping Street. Aih ini tempatnya keren banget. Kios-kiosnya tertara rapi, dengan desain tradisional. Surga belanja banget ini, mulai dari gantungan kunci, mainan-mainan tradisional, kaos, makanan dan banyak pokoknya. Saya cuma ngiler aja sih disana.


 
Nakamise Shopping Street

Oleh-oleh gantungan kunci

Di sekitaran Asakusa ini banyak banget mas-mas orang Jepang yang bekerja jadi Jinrikisha, tourist guide yang bawa kita keliling-keliling Asakusa sambil naik gerobak gitu. Mereka sendiri lho yang narik gerobaknya. Eh, beneran gerobak nggak sih namanya? Ya semacam becak lah. Ini liat sendiri aja gambarnya dan dikasi nama sendiri. haha. Tapi yang mesti diperhatikan adalah, biaya untuk menyewa jasa mas-mas ini, ya lumayan sekitar 9000 yen. Mahal sih, tapi kan enak nggak perlu capek-capek jalan kaki :D

Cewek-cewek pasti suka nih :))

Puas sudah jalan-jalan saya di Asakusa. Memasuki waktu siang, waktu yang rawan saat perut mulai keroncongan, saya memutuskan untuk makan di sekitaran Asakusa. Mulai nyari-nyari di internet lokasi tempat makan halal yang ada di Asakusa. Dan bener aja, saya nemu warung ramen halal disini. Nama warungnya Naritaya Ramen. Mereka jual segala macam makanan dan minuman halal. Berhubung cuma Mba Eka yang bahasa Jepangnya waz-wiz-wuz kaya Shinkansen, jadi Mba Eka ngajakin kokinya ngobrol. Posisi kita itu deket banget sama yang jualan, ya mirip-mirip kalau makan di warung nasi goreng di Indonesia lah. Kokinya cerita dia asli dari Tsukuba, haha sama dong kita juga dari Tsukuba! Dia cerita pernah 2 tahun tinggal di Malaysia untuk belajar makanan halal. Jadi, kalo mampir ke warung ramen ini pantes aja nemu beberapa produk makanan halal dari Malaysia. Salut ya sama niat pemilik warung ramen ini, semoga Allah memberikan hidayah untuk beliau. Setelah makan, saya numpang shalat di Naritaya Ramen. Mereka menyediakan tempat shalat untuk para wisatawan muslim yang mampir kesini. Meski nggak begitu luas, tapi sangat membantu banget untuk temen-temen muslim yang ingin menjalankan ibadah shalat fardhu saat sedang berkunjung di Asakusa.

Halal ramen di Naritaya

Dari Naritaya, saya lanjutin jalan-jalannya ke arah Sky Tree. Yuhuu~~ emang kita udah niatin pas kesini mau ke Sky Tree. Sebenernya dari Asakusa, Sky Tree yang menjulang tinggi itu udah kelihatan. Tapi belom afdol rasanya kalo nggak bener-bener mampir dan naik ke atas. Perjalanan dari Asakusa ke Sky Tree bisa  ditempuh cukup dengan berjalan kali selama 15-20 menit. Saya menyusuri jembatan yang melintas di atas sungai Sumiga. Pemandangannya juga bagus. Saya bisa lihat salah satu gedung terkenal di Jepang, Asahi Beer Headquarter.

Sumida River

Hal menarik lainnya di sekitaran Sumida river adalah terdapat Tokyo Waterbus yang bisa kita naiki untuk mengantarkan kita dari Asakusa ke Odaiba. Aih seru ya. Kapan lagi kan bisa nikmati jalan-jalan naik kapal di sana. Saya itu dari dulu banget pengen ke Odaiba, tapi belom kesampaian. Ditambah lagi ada waterbus ini, makin pengen. Cuma sayangnya antriannya paaannnnnjaaaaanggg banget. Bikin nggak selera buat naiknya. Yah, mungkin lain kali ya nyobainnya.

Jalan kaki saya ke Tokyo Sky Tree terbayar sudah. Saya sampai di Sky Tree dengan perasaan antusias, sampai ketika saya lihat panjangnya antrian untuk naik ke Sky Tree. Bener-bener bikin speechless. Karena heran kok antriannya sampai sepanjang itu, kita nyoba nanya-nanya ke petugas yang ada disana kira-kira jam berapaan bisa naik kalau ngantri sekarang. Dan... pucuk dicinta ulam tiba. Haha... Kita malah dikasi tau kalau ada jalur khusus untuk wisatawan luar negeri bisa ngantri disana dan dikasi prioritas untuk naik. Caranya tinggal nunjukin passport atau resident card Jepang. Saya yang kebetulan akan tinggal lama di Jepang sudah punya resident card, jadi cukup nunjukin itu aja yang nandain kalau kita orang asing. Yah, cukup nganti 10 menit saya udah dapat tiket untuk naik ke Sky Tree. Nggak perlu capek-capek ngantri panjang. 1 tiket khusus ini seharga 3000yen untuk sekali naik ke Sky Tree level Tembo Deck (350 m). Jadi, di atas Tembo Deck masih ada 1 level lagi yang lebih tinggi, Tembo Galleria di level 450 m. Cuma mesti bayar lagi biar bisa akses ke level ini. Saya cukuplah sampe ke Tembo Deck saja.

Tembo Deck Ticket dan Informasi di Tembo Deck

 Antusiame pengunjung untuk melihat Tokyo dari Sky Tree

Tokyo from bird's eyes

The Tokyo Sky Tree

Hal-hal seru di Sky Tree tentu banyak banget. Mulai dari liatin Tokyo ke segala arah. Sebenenya bisa lihat Fuji-san juga kalau kita beruntung. Tapi saya lagi nggak beruntung sepertinya karena waktu itu awannya banyak dan nutupin pandangan ke arah gunung Fuji. Selanjutnya, di Tembo Deck ini disediakan glass floor yang bisa lihat 180 derajat ke bawah. Seru banget serius. Rame banget yang berdiri di lantai kaca itu. Rasa-rasa nggak ada penghalang. Jadi wajar aja kalau pas kesana nanti kamu liatin ibu-ibu dan anak-anak pada histeris saat berdiri di atas lantai kacanya.


Lantai kaca di Tokyo Sky Tree

Saya sekitaran 1 jam aja di Sky Tree, abis itu langsung balik ke Asakusa Station untuk selanjutnya menuju ke Tokyo Station. Stasiun Tokyo bisa dibilang sebagai salah satu stasiun tersibuk di Jepang. Desain bangunannya cukup berbeda dari kebanyakan gedung-gedung di Tokyo; yang saya tahu kalau nggak modern banget ya tradisional bergaya Jepang banget. Bagunan utama Stasiun Tokyo menyerupai bentuk bangunan-bangunan di Eropa. Dengan desain bergaya Eropa, bikin imajinasi saya kemana-mana. Rasanya bukan seperti berada di Jepang saja.

Tokyo Station

Mumpung ada di sekitaran Chiyoda-ku, saya sambil jalan-jalan di pusat Tokyo dan mengambil langkah ke arah Tokyo Imperial Palace. Lokasinya nggak begitu jauh dari Stasiun Tokyo, mungkin sekitar 15 menit berjalan kaki. Perjalanan antara stasiun dan Tokyo Imperial Palace banyak taman-taman kecil yang dipenuhi oleh keluarga, anak muda, kakek nenek yang sedang menikmati waktu di sore hari. Ahh, nyaman sekali. Ada hal yang belum saya sebutkan sejak awal yang bikin kota ini kelihatan nyaman, Tokyo meski salah satu kota metropolitan dunia, tidak ada macet, pejalan kaki bisa lalu lalang tanpa takut ketabrak kendaraan karena mereka semua tertib, dan taman-tamannya bersih. Salah satu hal positif yang bisa diambil saat mengunjungi Tokyo.

Imperial Palace punya taman yang sangat luas. Kita bisa mengunjungi taman-taman tersebut sampai sore dan tanpa biaya sama sekali. Benar-benar memanjakan mata melihat hijau disekeliling taman, duduk di bawah pohon-pohon rindang, atau sekedar tidur sore di atas rumput mungkin sudah bikin bahagia. Beberapa bangunan di kawasan Tokyo Imperial Palace juga sangat menarik. Terdapat museum, guard tower, jembatan dan beberapa bangunan menarik lainnya yang nggak sempat saya identifikasi sebagai apa. Saya datang ke Imperial Palace sudah agak sore, jadi sebelum jam 5 polisi-polisi yang berjaga di taman menginstruksikan pengunjung untuk berkemas karena lokasi ini sudah memasuki waktu akhir kunjungan. Ya benar, kita cuma bisa berada di Imperial Palace sampai jam 5 saja.

(Kiri) Guard Tower; (Kanan) Suasana di Tokyo Imperial Palace

Dan saya pun kembali ke Stasiun Tokyo. Suasana sore hari di Tokyo sangat menyenangkan, langit yang mendadak sedikit bewarna oranye bikin saya semangat untuk melanjutkan jalan-jalan hari itu.

Tempat selanjutnya yang saya kunjungi adalah Akihabara. APA? AKIHABARA? Di kepala saya cuma AKB48 :)))

Saya naik kereta dari Tokyo Station menuju Akihabara. Saat memutuskan naik kereta di Jepang, tidak perlu ragu atau takut tersasar karena bisa dibilang petunjuk arahnya sangat bagus. Hanya saja jarak untuk berpindah dari 1 kereta ke kereta lainnya itu sangat jauh. Misalnya saya tadinya turun dari JR Yamanote line dan berniat untuk pindah ke Tokyo Metro Line bisa menghabiskan waktu 5-7 menit naik turun tangga. Jadi kalau pengen jalan-jalan naik kereta, pastikan kakinya kuat jalan kaki dan pakai alas kaki yang nyaman biar nggak cepet pegel.

Akihabara bisa dibilang sebagai distrik yang menjadi pusat elektronik, shopping center, video games, otaku cultural center, anime, manga, dan computer di Jepang. Dan satu lagi, nama Akihabara dipakai sebagai nama untuk group idol terkenal di Jepang AKB48 (AKB dari Akihabara). Saya nggak sempet ngunjungi semua tempat-tempat iconic di Akhihabara. Saya lewat sih di Maid Cafe, salah satu cafe terkenal di Akiba. Cafe ini semacam cosplay restaurant yang pelayannya berpakaian serupa maid dan melayani pelanggan di cafe tersebut seperti tuan rumah. Menarik juga idenya ya. Tapi saya nggak kesitu. Saya pilih makan malam di depan Maid Cafe, ada yang jual halal kebab. Lebih aman buat saya. Habis makan malam, Saya cuma, ahem, ke AKB Cafe buat foto aja. Haha. Duh AKB, ntar deh kapan-kapan saya nonton ke theaternya. wkwk. Yaudah saya sambil jalan-jalan aja keliling entah kemana. Berhubung udah capek juga saya kembali ke Akhibara Sta. ikutan nongkrong bareng anak muda Jepang disana. Menjelang pukul 8 malam, saya, Mba Eka, dan Mas Fajar mengambil kereta Tsukuba Express dan kembali pulang menuju Tsukuba.


Akihabara!

Terima kasih sudah membaca catatan perjalanan saya di Tokyo. Lain kali akan saya publish tulisan-tulisan pengalaman saya selanjutnya selama berada di Jepang. Enjoy! :)

7 comments:

Unknown said... Reply To This Comment

Assalamuaiakum wr.wb
Hajimashite senpai :-)
Nama saya bayu asal saya dari cibitung bekasi. Senpai pasti tau cibitung ya kan? Hehe
Senpai saya sudah baca berkali kali postingan senpai mengenai beasiswa monbusho buat saya sangat memberi pencerahan. Oh iya senpai di unversity tsukuba ya? Kebetulan insya allah bulan ini saya mau ke ibaraki untuk menjalani pendidikan formal selama 1 tahun dan rencana sepulang dari ibaraki saya mau apply beasiswa monbusho. Saya boleh minta alamat email/contact person senpai di sana? Siapa tau kita bisa ngobrol di darat supaya lebih enak sharingnya :-)

Teguh Budianto said... Reply To This Comment

@billie cullen Walaikumsalam. Hajimemashite.

Haha, siapa coba yang nggak tau cibitung? :D

Iya saya di Tsukuba saat ini. Di Ibaraki dimananya nanti? Boleh, nanti bisa kontak saya via email aja.

Ichaa said... Reply To This Comment

Hallo!

saya akan ke Jepang bulan mei ini, dan kebetulan pada saat golden week. saya agak was was karena banyak blog yang bilang avoid golden week saat ke jepang.

apakah benar akan sepenuh itu? ada tips and trick kah?

thank you

Teguh Budianto said... Reply To This Comment

@Ichaa Hallo! Memang cukup ramai saat golden week, karena orang jepangnya sendiri juga liburan saat itu. Tempat2 yang akan sangat ramai sepertinya Disneyland dan Disneysea, antrinya bisa berjam-jam.
Tapi untuk tempat-tempat umum yang terbuka, saya rasa tidak ada masalah. Masih bisa banget untuk dinikmati.
Saran dari saya, kemungkinan hostel dan penginapan akan sangat ramai. Sebaiknya dipesan jauh-jauh hari.

Semoga membantu.

aniyuniati@ymail.com said... Reply To This Comment

Hay...

Saya akan kuliah S3 tahun depan dengan beasiswa lpdp. saya akan bawa istri saya dan 3 anak saya. untuk tempat tinggal family ada info biaya dan saran saran ga gan...
untuk sekolah anak umur 7 tahun dan anak anak umur 3 tahun sekitar universitas tsukuba ada info gan...

makasih infonya

aniyuniati@ymail.com said... Reply To This Comment

untuk penginapan bawa family (istri dan anak 3) di sekitar universitas tsukuba kayak gimana biaya dan fasilitasnya gan?

biaya pendidikan anak umur 7 tahun dan anak anak umur 3 tahun ada info gan?

Teguh Budianto said... Reply To This Comment

@aniyuniati@ymail.com Hi, mohon maaf sebelumnya kalau untuk info sekolah anak saya kurang tau nih. mungkin bisa langsung kontak ke website ppi ibaraki (ppi univ tsukuba ada di bawah ppi ibaraki) https://ibaraki.ppijepang.org

yang saya bisa bantu jawab, untuk tempat tinggal apartment 2 kamar di tsukuba sekitar kampus biayanya 50~70rb yen per bulan. Apartemen di jepang biasanya kosongan, biasanya fasilitas berupa AC saja. perlengkapan rumah harus kita sediakan sendiri ketika menyewa.

Di kampus sepertinya juga ada menyediakan asrama mahasiswa untuk satu keluarga, biayanya bisa lebih murah dari asrama di luar kampus. Semoga jawaban saya bisa membantu memberi gambaran.

Post a Comment