Sunday, June 29, 2014

Monbukagakusho Research Student 2015 (Part 4): Wawancara

Usai menjalani tes tertulis monbusho research student, saya bersiap diri, jiwa dan raga, untuk melaksanakan tes wawancara yang di jadwalkan pada pukul 13:00 tanggal 19 Juni 2014. Saya masuk ke dalam kelompok wawancara untuk bidang Ilmu Alam dan Teknik (tanggal 17-19 Juni 2014). Berarti saya kebagian di hari paling terakhir untuk kelompok itu. 

Sebelum hari wawancara, saya punya waktu sekitar 2 hari untuk membaca-baca ulang copy application form dan proposal riset yang saya kirimkan tempo hari. Tidak terlalu intensif, hanya mengulang saja karena masih banyak melekat di ingatan saya. Sebenernya, saya juga punya kewajiban di kantor hari itu, saya minta izin lagi ke atasan saya, kali ini saya izin sama Pak Puji. Dan Alhamdulillah dibolehkan, bapaknya juga support saya banget untuk urusan ini. Sampe jelasin detail-detail rute buat nyampe ke Kedubes Jepang di kawasan Thamrin.

Selain itu, saya juga mulai mencari-cari di internet pertanyaan-pertanyaan yang bisa diprediksi jawabannya. Jadi, memang pertanyaan ini saya siapkan lebih dahulu jawabannya. Ya, itung-itung biar pas hari H nggak terlalu mikir-mikir banget gitu buat ngasih jawaban. Saya juga sambil latihan ngomong sendiri in English, biar lidah nggak kaku kalau besoknya dipake buat ngomong English. Saya jarang soalnya berdialog dengan bahasa Inggris, jadi hal ini penting banget buat saya. Untungnya sudah beberapa kali wawancara bahasa Inggris, jadi mudah-mudahan selama wawancara ngalir dengan lancar.

Untuk pakaian yang saya gunakan saat wawancara, juga udah saya persiapkan. Saya takut aja salah kostum. Kalau masalah pakaian, cukup yang sewajarnya saja dan sopan minimal pakai kemeja atau baju batik, celananya mungkin enaknya warna gelap (sebaiknya bukan jeans) dan tentunya pakai sepatu, saya rasa sudah pas banget itu. Satu hal lagi, pakai pakaian yang nyaman di kita. Kadang hal sepele kaya gini bisa mempengaruhi kesiapan kita untuk wawancara. *berasa jadi fashion stylist* :))))

Pagi tanggal 19 Juni 2014, saya berangkat dari Cikarang ke Jakarta menuju Kedubes Jepang. Lokasinya di jalan M.H. Thamrin nggak jauh dari Bundaran HI, jalan kaki sedikit juga nyampe. Nah, untuk yang bukan orang Jakarta saya coba buatin rutenya. Saya di Jakartanya naik busway, kebetulan bukan rush hour jadilah di busway juga gak rame-rame amat. Kalau ke arah Jl. Thamrin, bisa naik busway jurusan Jakarta Kota - Blok M, itu udah yang paling pas banget saya rasa. Nanti turunnya di halte Bundaran HI, kebetulan kemarin haltenya lagi ditutup karena ada proyek pengerjaan MRT. Jadi alternatifnya bisa turun di halte Sarinah atau Tosari. Selebihnya jalan kaki deh ke arah Kedubes, sekitar 5-7 menit.

Sewaktu sampe di Kedubes itu jam 11, "Duh kecepetan banget". Saya ngelapor sama security saya bilang mau wawancara research student, katanya untuk yang wawancara jam 1 siang dibolehin masuk jam setengah 1.
"Boleh nunggu di depan situ, Mas", begitu kata security-nya sambil nunjukin tempat duduk dipojokan.
Yaudah deh, saya jalan-jalan aja sambil makan siang dan nyari mushalla. Disitu kawasan elit/perkantoran kayanya ya. Nggak nemu tempat makan pinggir jalan soalnya. Haha. Saya, dengan bawa uang pas-pasan, masuk ke KFC di "entah gedung apa itu namanya" lokasinya persis di seberang Kedubes Jepang. Saya makan siang disana.

Selesai makan siang, sekitar jam 12. "Waduh... jam setengah 1 lama banget rasanya T,T". Saya main ke E(x) ya? Pokoknya kaya food court gitu disampingya Kedubes Jepang. Saya nyari mushalla aja disana sambil baca-baca lagi lembar aplikasi dan list pertanyaan+jawaban yang sudah saya persiapkan sebelumnya.

Akhirnya waktu yang dinanti tiba juga, saya ngelapor lagi sama security-nya kalau saya mau wawancara monbusho. Terus dia nge-cek nama saya dan mempersilahkan saya untuk masuk ke perpustakaan di lantai 2. Ya ampun, di dalam Kedubes-nya itu kalau mau akses 1 ruangan ke ruangan lain dibatasi pintu besi yang cuma bisa diakses sama pemegang kartu aja. Kalau dipaksa-paksa untuk dibuka juga gak akan bisa. Jadilah saya nggak bisa kemana-mana kalau tanpa pengawasan dari petugas/pegawai di Kedubes. Mungkin cuma toilet doang yang bisa saya akses sendiri tanpa pengawalan.haha. Saya belum pernah ada ditempat semacam itu, memang security system di Kedubes sangat ketat sekali. Saya jadinya berhalusinasi sedang main film sci-fi karena berhasil melewati beberapa pintu dengan pengamanan ekstra kalau udah kaya begini :D

Di perpustakaan saya ketemu sama 3 peserta lain, seharusnya total peserta di sesi jam 1 itu ada 5 orang termasuk saya, sepertinya yang 1 mengundurkan diri. Saya kurang ngerti juga alasannya kenapa. Saya sempat berkenalan sesama perserta waktu itu, Mba Pramono, Mas Sanji, dan Kak Yumi. Kak Yumi ini dosen teknik industri di Universitas Andalas, ternyata dia ini temannya salah satu dosen industri di fakultas saya S1. Dan dosen saya itu, adalah kakak dari teman saya main. Walah... sempit banget dunia. haha. Diantara kami berempat cuma saya yang rencana untuk melanjutkan S2, karena ketiganya berencana akan melanjutkan program S3 selepas jadi research student di Jepang. Diwaktu yang sama, mba dari Kedubes Jepang memberikan pengarahan dan informasi terkait wawancara serta prosedur apa yang akan dilakukan setelah lulus melalui tahap wawancara. Saya sudah catat, akan saya ceritakan dipostingan khusus, itupun kalau saya lulus tahap ini. Doakan yaa... haha.

Diakhir sesi penjelasan mengenai monbusho oleh mba dari Kedubes Jepang, kita sempat tanya jawab seputar prosedurnya lebih detail. Mba nya tetap saja sabar menjelaskan, meski waktu sudah mendekati pukul 1 siang, yang artinya waktu wawancara semakin dekat. Saya deg-deg-an (lagi).
"Sudah siap semuanya untuk wawancara? Semoga berhasil ya", begitu kata mba di Kedubes Jepang saat rasanya semua pertanyaan sudah dijawabnya.
Dalam hati saya, "Kenapa harus ada pertanyaan itu sih", jantung saya makin dag-dig-dug.
Mba-nya membawa kami melewati lorong -> pintu besi ->lorong -> pintu besi -> lorong -> pintu besi. Hah entah berapa kali lewati pintu besi.
Nah, ada 1 ketika saat sudah mendekati ruang wawancara. Kami diminta untuk menggunakan visitor card dan meninggalkan semua peralatan elektronik seperti handphone dan kamera. Dan semuanya harus dalam kondisi di-nonaktifkan. Visitor card saya nomornya cantik banget, haha buat iseng aja sih saya dapat No.13. Kak Yumi sempat bilang, "That's your lucky number, right?" haha saya ketawa aja sambil nimpalin dengan rasa bangga "Of course, but it can be 31 if you reverse its position, kak" :D
Itu buat intermezo aja, soalnya saya udah kedinginan karena grogi.

Kami semua nunggu di ruangan dengan sofa-sofa besar disana, nggak begitu luas dan di ruangan itu ada mushalla juga. Tapi saran saya jangan shalat disitu, sebaiknya shalat sebelum masuk ruangan aja. Karena akses ke tempat wudhu/toilet susah sekali, dan kebetuluan toilet juga ada di bagian lorong luar yang dipisahkan dengan pintu baja. Jadinya ngga bisa kemana-mana lagi deh.

Peserta yang datang hari itu diurutkan berdasarkan abjad, jadi urutannya adalah 1) Mba Pramono, 2) Mas Sanji, 3) Saya dan 4) Kak Yumi. Masing-masing peserta dapat alokasi waktu sekitar 30 menit untuk wawancara. Saya udah siap banget saat itu, ngga ada buka-buka berkas lagi, udah siap aja pokoknya. Here we go!!! :D

Suasana di Ruang Wawancara
Satu per-satu peserta sebelum saya masuk ke dan keluar dari ruang wawancara. Tibalah giliran saya untuk diwawancara, saya sangat siap. Sungguh! :D

Saya mengetuk pintu sambil menoleh sedikit ke dalam ruangan wawancara, setelah ada isyarat dari salah satu pewawancara untuk mempersilakan saya masuk, barulah saya masuk.
"Excuse me", lalu saya melangkah masuk. Saya dipersilakan duduk sama pewawancara yang duduk di tengah.
"Thank you, Sir", jawab saya singkat dengan ramah.
Di dalam ruang wawancara, ada 5 orang pewawancara. Ada 2 orang Indonesia dan 3 orang Jepang, dan kesemuanya bapak-bapak. Bapak-bapak yang orang Indonesia ini keduanya adalah guru besar di bidang beliau masing-masing, saya hanya tau 1 orang saja yang guru besar ITB di bidang Remote sensing. Ini pun saya taunya dari Mas Sanji, sesama peserta wawancara. Bapak yang satunya lagi, saya rasa yang paling ramah diantara yang lain, meski yang lain juga ramah, cuma saya ngerasa bapaknya lebih antusias dengerin saya pas saat saya cerita. Makanya saya inget banget sama bapaknya, sayangnya saya lupa berkenalan nama T,T

Pertanyaan pertama, dari bapak yang ramah itu adalah minta saya memperkenalkan diri. Sudah saya tebak sih, pasti nanyain hal-hal kaya gini. Yaudah, saya cerita aja tentang saya, kampus saya selama S1 dan kegiatan saya saat ini setelah selesai kuliah. Oke, saya coba bikin list pertanyaan dan jawaban yang saya kemukakan waktu itu yaa.

***
1. Perkenalan tentang diri kita sebagai applicant. Standarlah ya, semua orang pasti bisa jawab asal gak lagi amnesia. hehe.

2. Coba ceritakan tentang rencana risetmu nanti selama di Jepang?
Saya ceritakan persis dengan yang ada di proposal riset saya, meski ngga semuanya juga, hanya bagian pentingnya saja. Nanti kalau pewawancaranya tertarik, pasti akan nanya lagi lebih detail. Saya menyadari juga kalau dari pewawancara nggak ada yang background ilmu komputer, jadilah saya cerita sesimple mungkin. Tapi dilain itu, saya juga udah siapkan kalau-kalau ditanyain hal yang detail. Soalnya penting banget mempersiapkan apapun kemungkinan yang terjadi.

3. Apakah sudah pernah kontak calon pembimbing?
Aaaakkkk!!! Saya seneng banget ditanyain ini, saya bilang "Yes Sir, I have". Beberapa hari sebelum wawancara, saya sempat email lagi Prof. AF mengenai status saya yang sedang dalam masa seleksi monbusho. Saya ceritakan soal ini, Alhamdulillah dibalas. Beliau senang untuk menerima saya di lab nya, dengan catatan tentu saya harus berhasil di seleksi monbusho ini. Artinya, saya setidaknya sudah ada yang mau 'nampung' kalau saya kuliah di Jepang. Bagi saya, ini penting untuk menunjukkan keseriusan kita ingin belajar di Jepang.

4. Kenapa memilih Jepang, padahal bidang kamu (computer science) banyak lho yang bagus di Amerika. 
Nah loh? Pertanyaan ini saya jawab aja kalau di USA perbedaan culture-nya terlalu ekstrim, *saya sempat bingung sih*, terus kalau di Jepang saya tidak hanya belajar tentang ilmu/riset yang saya minati tetapi saya bisa bergaul di lingkungan internasional yang penuh dengan budaya ketimuran. Terutama budaya Jepangnya sendiri. Jepang dan Indonesia sama-sama di timur, jadi saya rasa perbedaan yang tidak terlalu mencolok akan memudahkan saya untuk beradaptasi selama di Jepang. Saya nggak tau juga substansi dari jawaban saya apa, terlalu general kayanya ya.

5. Di application form kamu menulis pernah internship di Chevron, berarti sudah tau dong lingkungan kerjanya dan betapa 'nyaman'-nya kalau bisa kerja disana. Kenapa tidak melanjutkan saja karir kamu dengan bekerja disana?
Pertanyaan ini bener-bener nggak pernah saya duga sama sekali. Seketika saya terkena panic attack karena nggak persiapankan jawabannya. Bismillah saja. Terus saya mulai dengan bilang "It's interesting, Sir", sambil senyum ke bapaknya, dan bapaknya ikutan senyum dengan tatapan sangat menunggu respon saya. Jadilah saya jawab, orang Riau, bahkan termasuk Ibu/Bapak saya juga punya mimpi anaknya untuk masuk Chevron. Saya saat ini berbeda pak, saya bilang kalau passion saya di dunia riset. Saya sudah cari sekian lama, dan saya nemukan ini saat mengerjakan skripsi. Saya suka mengeksplor hal-hal baru dan saya cinta akan ilmu pengetahuan, jadi saya ingin berkontribusi disana. Saya mau jadi peneliti/pengajar pak, di Riau, kita semua mungkin tau, kalau pendidikannya sangat berbeda jauh dengan universitas-universitas di Jawa. Paling tidak ini yang bisa saya berikan untuk kampung saya. *kira-kira beginilah jawabannya, saya agak gemetar waktu cerita ini* :)

Waktu yang pertanyaan no.5 ditanyakan, bapak-bapaknya berdua orang Indonesia sambil bercanda. "Eh, itukan pertanyaan saya, sudah diambil duluan. Gimana dong?" haha... sejak itulah suasana wawancara jadi lebih santai, saya juga tambah rileks untuk menjawab pertanyaan berikutnya.

Oke, kita lanjut ke pertanyaan lain...

6. Di application form, kamu menulis lulus kuliah dalam waktu 4 tahun dan 11 bulan. Ini hampir 5 tahun? Apa yang terjadi?
Lagi-lagi pertanyaan yang membunuh mental saya. Saya senyum saja, sekali lagi Bismillah... saya jawabnya kira-kira begini "That's my bad, Sir. I couldn't manage my time as well as the others. I worked when I was a student as a graphic designer. I studied at university in the morning and worked in the night until 9 PM". Saya tau ini bisa jadi blunder untuk saya, karena tidak bisa me-manage waktu dengan baik. Apa mungkin saya dipercaya untuk direkomendasikan sebagai penerima beasiswa? Ahh saya waktu itu kepikiran saya mau jawab jujur apa adanya saja. Sewaktu kuliah saya sejak semester satu kerja part-time hampir 3 tahun. Di tingkat awal saya kerja di radio, dan selepas itu saya kerja di kedai souvenir ngerjain desain gambar. Kuliah saya sempat keteteran, tapi itu satu-satunya cara untuk mengurangi beban orangtua saya. Cukuplah orang tua saya bayarin uang kuliahnya, untuk sehari-hari saya tetap cari sendiri. *malah curhat* -___-

7. Saya baru pertama kali dengar nama kampus kamu selama seleksi beasiswa monbusho, yang kami tau cuma Universitas Riau, coba tolong kamu ceritakan ke kami. Anggap saja kamu ini duta dari kampusmu.
Ini seriusan nggak sih? Saya antara mau ketawa atau sedih sebenernya, sebegitu tidak terkenalkah kampus saya? T,T Seakan-akan cuma saya alumni UIN Sultan Syarif Kasim Riau yang pernah duduk hadap-hadapan sama pewawancara di monbusho ini. Pedih, perih, dan menghujam jantung. Jleb! Jleb! Jleb! Yaudah deh, dengan semangat membara saya ceritakan apa kelebihan UIN dan seperti apa UIN Suska Riau itu.
Pertanyaan yang saya nggak bisa jawab ialah, "Kapan kampusmu ini berdiri?", eerr... "I'm not sure, Sir". Duh, gagal jadi duta yang baik.

8. Apa kontribusi yang bisa kamu berikan untuk Jepang dan Indonesia melalui studimu ini nantinya?
Ahem, saya jawabnya kontribusi yang berkaitan dengan riset saja seperti apa sisi baik riset saya untuk kedua negara ini. Itu saja.

Selanjutnya memasuki pertanyaan yang lebih santai. Pertanyaan ini yang terakhir ditanyakan, ditanyakan sama pewawancara orang Jepang yang paling muda. Saya agak budek dengerin speaking-nya, sungguh English-nya bapak-bapak yang Jepang sangat sulit saya cerna. Mungkin emang listening saya nggak bagus, jadi saya nggak yakin juga isi pertanyaannya. Sepertinya tentang 1) budaya Jepang dan Indonesia atau 2) tentang beradaptasi di Jepang.

Saya gambling saja waktu itu, saya pilih jawaban untuk yang beradaptasi. Saya bilang, faktor yang paling sulit untuk beradaptasi di Jepang adalah soal makanan dan bahasa. Kalau untuk bahasa saya tidak terlalu khawatir karena saya bisa bergabung di kelas persiapan bahasa Jepang. Untuk makanan, saya bisa masak sendiri pak. Saya jago masak kok. Terus tiba-tiba bapak-nya yang nanya bingung, saya juga bingung, kayanya saya salah jawab deh. haha. Saya nungguin respon bapak-nya ngapain, eh ternyata beliau menyudahi sesi. Alhamdulillah... :D Jadilah saya timpalin aja dengan cerita kalau saya pernah belajar bahasa Jepang sewaktu kuliah, 6 bulan dapat kursus dari lembaga pendidikan bahasa Jepang di Universitas Riau. Lumayan untuk bahan obrolan sama bapaknya.

Waktu saya bilang saya bisa masak, bapak yang ramah itu nanya dengan antusias "Seriously, are you a good cook?!", lalu saya becandain "Of course, Sir. After this, perhaps I can be the next Indonesian Master Chef". Terus semuanya ketawa, saya seneng banget ada hal kecil yang setidaknya buat mereka ingat saya. 

Diakhir sesi bapaknya bilang, "Terima kasih sudah datang ya jauh-jauh dari Riau. Nanti tolong panggilkan peserta yang terakhir".
"Baik, pak", kata saya. "Saya boleh menyampaikan sesuatu?" setelah dipersilakan, saya lanjutkan dengan mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberi untuk saya dan sekalian bilang saya senang bisa bertemu bapak-bapak semua. Saya pamit dengan salam versi Jepang yaitu membungkukkan badan sebelum keluar ruangan, cuma saya nggak pede antara mau bilang "hontouni arigato gozaimasu" atau "yoroshiku onegaishimasu". Jadi saya nggak ngomong apa-apa lagi sehabis bungkukan badan itu.

Saya menyudahi sesi wawancara itu dengan penuh syukur dan harapan. Saya tahu peluang setiap orang yang sudah datang di sesi wawancara adalah sama, dan setiap orang masih punya harapan untuk melanjutkan pendidikan melalui kesempatan ini. Hal ini karena faktor penentunya adalah berdasarkan kalkulasi dari ketiga seleksi yang sudah dijalani, yaitu dari nilai seleksi berkas, tes tertulis dan wawancara untuk bisa lulus primary screening di monbusho. Selanjutnya saya tinggal banyak berdoa dan berserah diri saja sama Allah mengenai hasil yang akan saya terima di tanggal 11 Juli 2014 nanti.
テグー さん がんばってください!

***
Kumpulan tulisan saya tentang pengalaman serta tips dan trik mendapatkan beasiswa Monbukagakusho Research Student 2015:


Sunday, June 22, 2014

Monbukagakusho Research Student 2015 (Part 3) : Kelulusan Seleksi Berkas dan Tes Tertulis

Siang hari tanggal 10 Juni 2014, saya baru aja selesai makan siang di kantor. Karena masih jam istirahat, saya buka-buka facebook sebentar sekalian refreshing gitu. Eh saya nemu status update dari fans page Kedutaan Besar Jepang di Indonesia yang kira-kira isinya:
Selamat siang semuanya. Pengumuman hasil seleksi berkas beasiswa Monbusho program Research Student 2015 telah keluar dan dapat dilihat di http://www.id.emb-japan.go.jp/sch_rs.html研究留学生プログラムの書類選考の結果がでました。詳しくは上のリンクをクリックしてください(インドネシア語のみ
Saya penasaran banget, saya klik linknya dan download pengumumannya. Saya lihat satu persatu di list yang lulus, ada 87 orang yang lulus seleksi berkas, dan... Subhanallah Walhamdulillah... urutan 79 - TEGUH BUDIANTO - Lokasi Tes Tulis Medan - Wawancara 19 Juni 2014, Pukul 13:00. Ada nama saya??!!! :O (link penguman seleksi berkas: disini). Saya kaget bukan kepalang, rasanya aliran darah dari kepala ke kaki berasa di tengkuk saya, perasaan apa ini namanya. Sama seperti saat saya lulus seleksi berkas LPDP waktu itu.

Informasi dari monbusho mengenai kelulusan seleksi berkas benar-benar mengejutkan saya, saya nggak tau harus berekspresi gimana lagi selain bersyukur atas kesempatan yang Allah SWT beri buat saya ini. Saya sama sekali nggak pernah nyangka dipercobaan saya yang pertama mendaftar monbusho langsung memperoleh kesempatan ini. Jujur, saya tidak pernah banyak berharap akan bisa lulus bahkan diseleksi berkas sekalipun karena monbusho terkenal sebagai salah satu beasiswa favorit yang diperebutkan oleh mahasiswa Indonesia dengan segudang prestasi --- me? I’m not a part of that people. lol. Jadi ya saya waktu daftar aja udah seneng gitu, kebetulan sekali “Mendaftar Monbusho Research Student” ada di wishlist saya tahun 2012. Ya ampun lama banget ya baru bisa terwujud. Gimana nggak seneng coba? :D Setelah daftar saya pasrah dan berserah diri saja sama Allah SWT saat daftar dan lebih banyakin shalat dhuha. “Kalau memang ini rezeki saya, insha Allah tidak akan tertukar”, itu isi doa saya setiap selesai dhuha.

Pasca pengumuman tersebut, saya hanya punya waktu 1 minggu untuk persiapan keberangkatan dan tanggal-tanggal seleksi tulis dan wawancara bertepatan dengan kepindah-tugasan saya ke kantor di Cikarang (sekitar 1 jam dari Jakarta jika lalulintas tidak macet). Makin repot ini saya persiapan untuk seleksi berikutnya dan pindah-pindahan saya dari Riau ke Cikarang. 

Di pengumumannya, saya diarahkan untuk melaksanakan test tertulis beasiswa monbusho di Medan. Sebab, saat pendaftaran beasiswa saya memang memilih Medan sebagai tempat tujuan test karena lokasinya yang cukup ‘berdekatan’ dengan Riau. Saya dapat jadwal tes tertulis hari Senin, 16 Juni 2014 di Medan, dan tanggal 19 Juni 2014 di Depok untuk tes wawancaranya. Ya ampun, gimana caranya saya harus bepergian dari satu kota ke kota lain yang berbeda pulau pula dalam rentang waktu 3 hari? Saya harus modal besar kayanya nih. haha. Saya menepok jidat saya yang lebar ini dan langsung nyari-nyari kontak Bagian Kependidikan Kedubes Jepang di Jakarta. Katanya boleh ngajukan perpindahan lokasi tes. Akhirnya saya telpon Bagian Kependidikan Kedubes Jepang di Jakarta untuk pengajuan perpindahan lokasi tes tertulis. Tidak ada masalah dalam kepindahan ini, semua lancar dan memang diperbolehkan oleh panitia seleksinya. Jadilah saya bisa melaksanakan ujian tertulis monbuso di UI Depok.

Sebenarnya saya itu harus masuk kerja di hari pertama pas di hari yang sama dengan test tertulis. Jadi saya minta tolong ke Pak Ardan, atasan saya yang ngasih surat rekomendasi untuk monbusho juga, supaya bisa memberikan izin sehari agar bisa tetap ikut ujian monbusho ini. Dan Alhamdulillah saya dibolehin, terima kasih banyak Pak Ardan sudah banyak support saya, jadi malu kalau kerjaan banyak yang tertunda karena saya suka izin ngantor :(

***
Hari Minggu 15 Juni 2014, saya sudah bersiap-siap di Bandara SSK II Pekanbaru menunggu keberangkatan pesawat ke Jakarta, saya berdua sama Andin waktu itu. Sahabat saya di kampus dan sekantor pula sekarang di Cikarang. Sekalian juga, saya koordinasi sama Kenny (sahabat saya lainnya yang sedang kuliah S2 di Linguistik UI) nanya-nanya rute dari Bandara ke UI Depok. Setibanya saya di Bandara, saya dan Andin berpisah. Andin lebih dulu ke Bekasi tempat dia akan tinggal, dan saya melanjutkan perjalanan ke Depok menaiki Damri jurusan Pasar Minggu. Kenny yang khawatir saya nyasar, maklum saya cuma beberapa kali doang pernah ke Jakarta, akhirnya menunggu saya di Stasiun Pasar Minggu, karena kami berencana akan menaiki KRL dari Ps.Minggu ke stasiun Universitas Indonesia. Sesampainya di UI sudah malam hari, saya dititipin Kenny di kos-kosan temannya, kebetulan teman kuliahnya ini sedang nggak di kosan. Jadilah, saya bisa numpan pake kamarnya selama 1 hari itu. (Terima kasih pertama untuk Kenny udah susah-sudah nunggu saya sampai 2-jam lebih).

Saya yang nggak mempersiapkan banyak hal selain kertas-kertas copy-an dari application form, research plan dan contoh-contoh soal ujian tertulis tahun sebelumnya mencoba membaca-baca ulang isi dari berkas-berkas tersebut. Saya sedikit berfokus kepada contoh-contoh soal ujian tertulis tahun lalu sambil menjelang waktu tidur.

Esok paginya (16 Juni 2014), saya janjian sama Kenny ditempat saya menginap dan dianterin lagi sama Kenny ke Pusat Studi Jepang (PSJ) UI tempat dimana ujian tertulis akan berlangsung pagi itu. (ya ampun Kenny ini baik sekali, nganterin saya kesana-sini T,T). Ujian tertulis akan dimulai jam 10 pagi. Saya sudah nangkring di depan Auditorium pagi-pagi jam 8:30. Kali itu saya sendirian nungguinnya. Gak sendirian juga ding... ada peserta lain disana, cuma diem-dieman aja karena nggak ada yang kenal satupun.

Suasana Saat Ujian Tertulis
Saya dan peserta lain dipersilakan masuk ke Auditorium pukul 9:30. Oh iya, saat dinyatakan lulus, di dalam surat pengumuman peserta akan diminta untuk membawa ID card (bisa KTP atau passport), dan alat-alat tulis untuk ujian. Jadi panitia seleksi tidak akan menyediakan alat tulis untuk peserta. Sebelum dimulainya ujian, biasanya panitia akan memberikan penjelasan dan tata tertib yang berkaitan dengan seleksi monbusho ini, terutama untuk ujian tertulis.

Ujian tertulis ini, khusus untuk research student, TIDAK ada materi ujian semacam matematika, fisika, atau yang lainnya. Hanya ada 2 materi yang diujiankan dan keduanya adalah ujian bahasa.  60 menit pertama, peserta akan diminta untuk mengerjakan ujian bahasa Inggris dan 120 menit berikutnya akan dilanjutkan dengan ujian bahasa Jepang.

Jangan khawatir buat yang nggak bisa sama sekali dengan bahasa Jepang (kaya saya). Hasil dari ujian ini yang diambil adalah nilai yang paling tinggi diantara kedua. Tentu saja saya ada kepikiran, "kalau begitu akan beruntung sekali bisa bahasa Jepang dan bahasa Inggris maka kesempatannya lebih besar untuk memperloleh hasil yang bagus dikedua tesnya". Hmm... bisa iya, bisa tidak. Kenapa begitu? Karena yang diambil adalah nilai yang paling tinggi, akan sama saja toh akhirnya. Pikiran saya, seseorang akan lebih bagus disalah satu ujiannya. Tentu dia juga akan memprioritaskan ujian yang paling dikuasainya. *mencoba menyenangkan diri sendiri* lol.

Karena saya nggak bisa bahasa Jepang sama sekali, jadinya saya fokus betul-betul saat mengerjakan soal yang ada di ujian bahasa inggrisnya. Ya ampun, soalnya sebenarnya gampang tapi saya berasa banget jebakan di soal ini mengerikan. Peletakan jawaban opsional (A,B,C, dan D) juga membingungkan. Saya sempat ragu jadinya untuk milih jawaban yang benar. Di blog-nya Mas Samy (http://samybaladram.wordpress.com/2012/08/08/beasiswa-monbukagakusho-2013-hasil-seleksi-berkas-dan-tes-tertulis/) diceritakan detail sekali mengenai tipe soal apa yang ada di tes tertulis ini.

50 menit berlalu untuk ujian bahasa inggris, saya masih punya 10 menit sebelum kertas ujian dan soal dikumpulkan. Saya gunakan waktu itu untuk membaca ulang soal-soal yang saya masih ragu akan jawabannya. Lumayan, rasanya berguna juga proses re-check jawaban saya. Akhirnya saya dapat ilham buat ngasih jawab yang terbaik (menurut saya lho ya). Di ujian apapun, menurut saya time management adalah hal yang penting juga. Saat stuck sama satu soal, pindah ke soal lain. Atau part soal yang lebih mudah bisa dikerjakan terlebih dahulu ketimbang lainnya.

Selesai ujian bahasa Inggris, seperti yang saya ceritakan sebelumnya, maka dilanjutkan dengan ujian bahasa Jepang. Dengan berbekal kursus bahasa Jepang 2 tahun lalu di Tomodachi UNRI, saya mencoba peruntungan membaca barisan kana dan kanji di soal ujian tsb. Satu-satunya kata yang bisa saya baca hanya インドネシア yang bacanya "INDONESIA". 1 menit... saya mulai nulis nama dulu dan nomor ujian... 3 menit... belum ada satu katapun yang bisa saya baca. 5 menit... saya senyum-senyum bego nggak tau mau ngapain. Akhirnya di menit ke-10... saya angkat tangan dan menyerahkan lembar jawaban dan soal kepada panitia ujian hari ini. HAHA saya benar-benar nggak ada jawab satupun. Udah deh biarin aja, semoga ujian bahasa Inggris yang saya kerjakan hasilnya bagus dan memenuhi syarat untuk lanjut ke tahap seleksi berikutnya. Contoh soal ujian tertulis tahun-tahun sebelumnya bisa diunduh di link ini ya.

***
Saya pun keluar ruangan dengan perasaan lega, satu ujian sudah saya jalani dengan lancar jaya. Saya janjian lagi sama Kenny, makan siang dulu sebelum menuju ke Cikarang. Ceritanya perpisahan gitu, soalnya besok harinya Kenny akan pulang kampung ke Bengkulu juga dalam rangka liburan semester. Duh senangnya yang anak kuliahan, kalo yang udah kerja agak susah ya mau liburan. haha... Saya diajakin Kenny makan siang di resto Korea di kawasan perpustakaan pusat UI (disini halal semua). Ya ampun, saya pesen makanan pedes banget dan makanan Kenny (kalo gak salah bulbogi?) enak banget. Sekali lagi terima kasih ya Kenny, selain sudah ditemenin kemana-mana, diajakin makan lagi. Ya ampun baiknya ini orang :D

Saya mengakhiri ujian saya hari itu dengan pulang(?) ke Cikarang menaiki KRL, ada perasaan bahagia di dada saya meski di kereta saya berdiri cukup lama. Tidak apalah, hari itu saya bahagia :)

***
Kumpulan tulisan saya tentang pengalaman serta tips dan trik mendapatkan beasiswa Monbukagakusho Research Student 2015:


Monbukagakusho Research Student 2015 (Part 2) : Seleksi Berkas

Part ini merupakan kelanjutan dari cerita saya tentang Monbusho Research Student 2015 yang lalu. Dengan bermodalkan motivasi untuk bisa sekedar daftar Monbusho (jelek banget motivasinya), akhirnya saya berjuang keras (berlebihan aja ini) untuk mengumpulkan berkas-berkas administrasinya. Pendaftaran Monbusho research student 2015 dibuka pada tanggal 1 April - 24 April 2015. Untuk tahun-tahun sebelumnya juga sekitar bulan April, jadi bersiaplah sebelum bulan April setiap tahunnya untuk mengikuti seleksi beasiswa Monbusho.

Persyaratan Pelamar Beasiswa
  1. Lahir pada dan setelah tanggal 2 April 1980.
  2. IPK minimal 3.0 dari tingkat perguruan tinggi terakhir
  3. Nilai TOEFL-PBT minimal 550 atau TOEFL-IBT 79 atau IELTS Minimal 6.0, atau nilai Japanese Language Proficiency Test (JLPT) minimal level 2/N2. (TOEIC tidak dapat digunakan).
  4. Memilih bidang studi yang sama dengan disiplin ilmu sebelumnya.
  5. Bersedia belajar bahasa Jepang bagi yang tidak menguasai bahasa Jepang.
  6. Sehat jasmani dan rohani.
Dari persyaratannya, di saya tidak ada masalah. Insha Allah sudah memenuhi kualifikasi minimum untuk mendaftar beasiswa Monbusho. Mungkin yang perlu diperhatikan adalah, untuk sertifikat kecapakan bahasa-nya. Disana tersedia berbagai pilihan sertifikat, saya waktu itu gunakan TOEFL-ITP saja dan masih diperbolehkan. Untuk persyaratan ini, bisa dilihat bahwa poin-poinnya cukup general. Serupa dengan kebanyakan syarat beasiswa lainnya.

***
Informasi berkas yang dibutuhkan bisa dilihat disini (*siapa tahu tahun-tahun berikutnya ada berkas lain yang dibutuhkan). Berkas-berkas yang dibutuhkan untuk research student 2015 antara lain yaitu application form, field of study and research program, foto terbaru, copy-an transkrip dan ijazah, surat rekomendasi, abstract thesis dan copy sertifikat kecakapan bahasa. Saya akan coba bahas satu-satu bagaimana saat itu saya mengumpulkan berkasnya. Untuk semua form isian, diisi dengan bahasa Inggris ya, atau kalau memang bisa ditulis dalam bahasa Jepang akan lebih baik.

1. Lembar printout konfirmasi registrasi online
Mungkin berkas ini baru ada di tahun 2015, karena sebelum-sebelumnya nggak ada applicants yang ngasih info soal ini. Untuk mendapatkan salinan berkas ini kita sebelumnya diwajibkan untuk melakukan registrasi secara online via http://register.beasiswamext.or.id, isiannya juga sekedar data pribadi kita. Dari sini kita akan menerima email konfirmasi dan isi email tersebut kita print untuk memenuhi berkas ini. Cukup itu saja :)

2. Application Form (bisa didownload)
Application form isiannya lebih ke data pribadi kita sebagai pelamar. Nggak terlalu ribet kalau yang ini, hanya jangan sampai membuat kesalahan pada saat pengisian. Jadi teliti saja saat mengisinya, saat itu kalau saya ketik, saya print dan saya baca ulang sampe beneran yakin kalau tidak ada kesalahan pengetikan. Terakhir saya tanda tangani dibagian signature itu.

3. Field of Study and Research Program (bisa didownload)
Saya akui ini adalah form yang paling sulit untuk diisi, saya gunakan research proposal yang pernah saya presentasikan ke Prof. AF (ceritanya disini) dan saya ubah formatnya ke dalam bentuk form yang disediakan panitia seleksi monbusho. Beruntung banget kan saya? Jadi secara tidak langsung, isian untuk form ini sudah saya siapkan jauh-jauh hari. Saya total banget pokoknya disini.

Ada 3 pertanyaan yang harus diisi dari form ini dan saya coba perinci lagi setiap pertanyaannya, yaitu:
a. Present field of study
Saya ceritakan ringkas saja mengenai study saya selama di S1, saya tambahkan saat itu saya mengerjakan topik tugas akhir tentang apa dan tujuan serta benefit dari tugas akhir saya tersebut. Saya tulis juga bahwa tugas akhir saya tersebut dipublikasikan pada seminar nasional di kampus saya. Bagian ini saya tulis dengan 1 paragraph saja. Versi saya seperti itu, mungkin teman-teman lain punya saran yang lebih baik, maklum saya juga tidak ada panduan rinci saat itu. Hanya baca-baca tips dari blog saja.

b. Your research theme after arrival in Japan: Clearly explain the research you wish to carry out in Japan
Kalau ini saya nulisnya tentang motivasi saya tenang rencana riset, benefit dari riset itu  sendiri nantinya seperti apa, dan kenapa riset tersebut penting. Terus saya coba jelaskan (rangkuman dari riset proposal saya) apa yang akan saya lakukan nanti secara teknis dan apa yang akan dihasilkan dari riset tersebut. Semakin jelas mendeskripsikannya tentu akan semakin baik, buatlah kesan bahwa kita siap untuk melakukan riset tersebut. Bagian ini saya tulis dalam 3 paragraph.

c. Study program in Japan: (Describe this in detail and concretely—particularly about the ultimate goal of your research in Japan)
Ini saya cuma nulis "Attached in separated paper". Iya seriusan, saya cuma nulis itu aja. haha... Isi sesungguhnya dari poin ini ada di proposal riset yang saya sertakan di form ini. Saya coba kasi gambaran umum isi dari proposal riset saya, saya ngikutin pola penyusunan proposal riset kebanyakan orang kok.
  1. Research theme
  2. Introduction
  3. Motivation
  4. Related results
  5. Objectives
  6. Research Planning
  7. References
Proposal risetnya saya minta tolong Ismail untuk kasi masukan (ini saya minta tolongnya sejak 6 bulan sebelum saya daftar monbusho, haha) terhadap riset proposal saya. Waktu itu Ismail bilang kalau isinya terlalu umum dan kurang kelihatan benefit dari riset tersebut. Jadilah saya rombak lagi biar lebih jelas seperti apa kontribusi dari riset saya nantinya. Proposal riset saya sejumlah 4 lembar saja. Proposal riset ini harus bagus, menarik dan punya kontribusi yang jelas. (*saya merasa saya lulus seleksi berkas karena proposal riset ini, meski dokumen lain juga menjadi pertimbangan.

4. Foto 3.5 x 4.5 cm (ditempel, *bukan diprint* pada application form, dan diambil 6 bulan terakhir)
Nah! yang ini udah jelas banget, di application form ada slot untuk nempelin foto. Gunakanlah foto dengan kualitas hasil cetak yang bagus. Kalau perlu ambil foto baru yang emang khusus buat daftar monbusho, kaya saya. Please jangan paksa saya untuk nampilin fotonya disini. haha.
Sewaktu di tempat foto saya minta ukuran 3.5x4.5cm, tapi nggak bisa karena udah ada ukuran sendiri buat nyetaknya. Jadilah saya pakai yang ukuran 4x6cm saja, karena 3x4cm itu terlalu kecil saat ditempelin ke application form.

5. Copy transkrip nilai yang dilegalisir (*dalam bahasa Inggris/Jepang).
Bisa diminta dari kampus masing-masing. Kebetulan di kampus saya, transkrip dan ijazah sudah dwibahasa (Indonesia dan Inggris). Jadi tinggal dicopy dan dilegalisir saja. Jika kampus tidak menyediakan versi berbahasa Inggrisnya, bisa pakai jasa penerjemah tersumpah untuk mentranslate-nya ke bahasa Inggris.

6. Copy ijazah yang dilegalisir atau surat keterangan lulus (*dalam bahasa Inggris/Jepang)
Sama nih dengan no.5. Kalau memang belum lulus, silakan ajukan surat keterangan lulus dari kampus.

7. Surat rekomendasi dari universitas (form bisa didownload
Saya waktu itu mau minta rekomendasi dari Pembimbing saya sewaktu ngerjain tugas akhir, tetapi Ibu nya sudah pindah tugas ke Universitas lain. Jadilah saya cari dosen lain yang bersedia untuk memberikan saya rekomendasi. Saya pake rekomendasi dari Wakil Dekan di Fakultas saya kuliah. Ibunya baik dan support banget sama alumni/mahasiswa yang mau kuliah lagi. Padahal saya cuma ketemu beberapa kali saja. Mintalah pemberi rekomendasi untuk mengisinya dalam bahasa Inggris, dan suratnya tidak perlu di masukan amplop.

8. Surat rekomendasi dari tempat bekerja bagi yang sedang bekerja (form bisa didownload)
Untuk yang sudah bekerja, surat rekomendasi ini diwajibkan. Jadi memang harus diminta dari atasan tempat bekerja saat ini. Saya minta sama Manager saya di kantor, Pak Ardan. Manager saya ini orangnya baik dan supportif banget, saya sudah 2 kali termasuk ini minta surat rekomendasi dari beliau. Bahkan beliau sendiri yang ngirimin suratnya ke Riau buat saya. Sama halnya dengan no.7, mintalah pemberi rekomendasi untuk mengisinya dalam bahasa Inggris, dan suratnya tidak perlu di masukan amplop.

9. Abstract of Theses
Abstrak dari penelitian sebelumnnya di jenjang terakhir kuliah. Saya copy paste aja nggak pake ganti-ganti lagi ini dari penelitian tugas akhir saya.

10. Foto hasil karya
Khusus yang jurusan seni harus melampirkan ini.

11. Copy sertifikat dan hasil nilai TOEFL / IELTS atau JLPT
Saya pakai sertifikat TOEFL-ITP, terus tinggal difotocopy aja, beres.

Semua dokumen yang dikirimkan ke Kedubes Jepang di Jakarta harus dalam bahasa Inggris/Jepang. Format ukuran kertas yang diminta Kedubes adalah A4. Selain itu, dokumen yang kita kirimkan ke Kedubes Jepang dibuat rangkap 5 (jadi ada 1 dokumen asli dan 4 dokumen copy) dan disusun berurutan berdasarkan list dokumen diatas: 1-11 . 

Perhatikan baik-baik setiap instruksi dan persyaratan minimum seleksi berkas. Kita benar-benar harus memenuhi kualifikasi minumumnya, jadi jangan ditawar-tawar lagi untuk memperlancar proses seleksi beasiswa monbusho ini. Saya pernah mendengar ada beberapa orang yang pernah lulus dengan ada syarat yang kurang, tapi ingat itu hanya secara khusus saja. Kalau saya nggak berani terlalu berharap untuk mendapatkan keistimewaan seperti itu, lebih baik ikuti prosedur yang normal-normal saja.

***
Saya cukup keteteran mengumpulkan berkas-berkas diatas, ditambah lagi saya nggak ngerti-ngerti amat prosedurnya. Saya coba-coba sendiri saja. Sampai-sampai saya harus mengorbankan aplikasi beasiswa lainnya (waktu itu Fulbright,saya gagal ngumpulin berkasnya; alhasil nggak jadi saya kirim). Menjelang 2 hari dateline pengumpulan berkas; 24 April 2014, Alhamdulillah saya berhasil mengumpulkan semuanya. Sudah lengkap. Siang hari saat istirahat kantor, saya mengirimkan dokumen tersebut via TIKI (bukan promosi), saya serahkan sama mba-mba counter pengirimannya, "mba, paket kilat sehari ya". Sebelumnya saya sudah berdoa saat menunggu no.antrian saya di TIKI dipanggil, semoga Allah membukakan rezki beasiswa saya melalui beasiswa ini, pssst... saya mulai berharap saat itu :)

***
Kumpulan tulisan saya tentang pengalaman serta tips dan trik mendapatkan beasiswa Monbukagakusho Research Student 2015:


Monbukagakusho Research Student 2015 (Part 1) : Selayang Pandang

Siapa yang tidak kenal dengan Beasiswa Monbukagakusho atau yang lebih familiar dengan nama Monbusho (sebenernya karena saya nulisnya ribet, jadi disingkat saja), apalagi yang statusnya sebagai scholarship hunters. Saya kenal Monbusho sejak dari kuliah S1, saya kepengen banget "bisa daftar". Ya, gak muluk-muluk kok, sekedar bisa daftar saja. Meski dalam hati kecil saya, saya sangat berharap untuk bisa mencicipi pengalaman kuliah di Jepang lewat program beasiswa Research Student-nya. 

Monbukagakusho/Monbusho adalah beasiswa dari Pemerintah Jepang dari Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Olah raga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jepang (MEXT) yang ditujukan untuk mahasiswa Indonesia. Sebenarnya MEXT juga memberikan beasiswa untuk negara lain, tetapi saya kurang begitu tau program dan skema beasiswa Monbusho di negara lain. Beasiswa Monbusho mencakup biaya penuh untuk studi di universitas Jepang, juga termasuk biaya hidup selama menjalani studi. Untuk setiap tahunnya, ada total 4000an berkas yang masuk untuk mendaftar ke semua program beasiswa Monbusho [1]. Program-program yang ditawarkan Monbusho adalah:

1. Program Research Student (untuk lulusan S1/ S2).
2. Undergraduate, College of Technology dan Professional Training College (lulusan SMU).
3. Japanese Studies (untuk mahasiswa program studi Jepang) dan,
4. Teacher training (untuk guru).

Informasi detail untuk masing-masing program dapat dilihat di website Kedutaan Besar Jepang di Indonesia. Di website tersebut, informasinya cukup lengkap, termasuk juga informasi list dokumen yang dibutuhkan untuk pendaftaran beasiswanya. Kali ini saya akan fokus ke pembahasan tentang Beasiswa Research Student-nya saja, karena kebetulan pengalaman saya hanya seputar ini. Saya sangat menyarankan untuk melihat-lihat dan membaca website resmi Kedutaan Besar Jepang di Indonesia untuk mendapatkan informasi yang lebih AKURAT terkait beasiswa Monbusho, karena apa yang saya tulis ini adalah berdasarkan pengalaman saya semata :)

***
Skema Beasiswa Monbukagakusho.

Beasiswa Monbusho terdiri dari 2 skema beasiswa, yaitu via University Recommendation dan Government Recommendation. Untuk detail masing-masingnya saya jelaskan di bawah ini:

1. University Recommendation (atau Monbusho U to U)
Skema pendaftarannya langsung diserahkan kepada universitas, biasanya pada saat pembukaan pendaftaran mahasiswa baru di Jepang, form application untuk universitas tersebut akan disertakan juga form untuk pengajuan beasiswa U2U. Ada juga beberapa universitas Jepang yang mensyaratkan untuk kampus asal applicant harus memiliki kerjasama terlebih dahulu dengan kampus tujuan. Jika kita lulus seleksi via universitas yang kita lamar, maka ada kemungkinan kita akan direkomendasikan oleh universitas ke MEXT. Dan bisa jadi kita hanya lulus seleksi universitas, tetapi tidak direkomendasikan universitas ke MEXT sebagai kandidat beasiswa. Informasi U2U ini masih minim banget dari saya, sebagai tambahan saya pernah apply ke Tokyo Institute of Technology dan kata calon Professor saya persaingannya cukup ketat untuk mendapatkan rekomendasi dari kampus ke MEXT, karena beasiswa ini direbutkan oleh mahasiswa internasional lainnya yang mendaftar lewat jalur yang sama dengan yang kita daftar. 
** Pengalaman mendaftar ke Tokyo Tech ada disini, tetapi saya gagal sih. Boro-boro dapat rekomendasi ke MEXT, tingkat universitas aja saya nggak lulus. haha). Jadinya saya nggak bisa banyak cerita soal skema beasiswa Monbusho U2U.

2. Government Recommendation (atau Monbusho G to G)
Untuk beasiswa Monbuso GtoG, pendaftaran dan proses seleksi dilakukan oleh Bag. Pendidikan Kedutaan Besar Jepang di Indonesia. Pendaftaran Monbusho G to G setiap tahunnya dibuka sekitar bulan April-Mei, jadi mulailah bersiap-siap menjelang bulan itu tiba, lebih baik lagi jika sudah disiapkan jauh hari. Setelah melalui beberapa tahapan seleksi seperti seleksi berkas, test tertulis, dan wawancara (biasanya disebut dengan Primary Screening), maka candidate tersebut akan direkomendasikan ke MEXT oleh Kedutaan Besar Jepang di Indonesia. Di MEXT sendiri adalagi seleksi tersendiri apakah seseorang bisa dinyatakan lulus atau tidak sebagai penerima beasiswa Monbusho (secondary screening). Jadi dengan kata lain, lulus Primary Screening belum jaminan seseorang applicant akan lulus juga di Secondary Screening. Lebih jelasnya nanti akan saya ceritakan di postingan selanjutnya :)

***
Tulisan lainnya seputar pengalaman Monbusho Research Student di bawah ini:
http://samybaladram.wordpress.com/category/monbukagakusho-2013
http://reisha.wordpress.com/2010/02/05/beasiswa-monbukagakusho-mext-research-student/

Saya terinspirasi untuk menulis ini dari blog-nya Mas Samy dan Mba Reisha seputar pengalaman mereka selama berburu beasiswa. Saya juga mengambil banyak manfaat dari kedua tulisan tersebut dalam proses saya mendaftar beasiswa ini.

***
Judul postingan ini kesannya melayu banget ya, nggak apa-apa ya soalnya saya dari Riau yang kental dengan budaya Melayu-nya. Selayang pandang juga sama dengan judul lagu melayu favorit saya. haha

***

Kumpulan tulisan saya tentang pengalaman serta tips dan trik mendapatkan beasiswa Monbukagakusho Research Student 2015: